Banyak Kreasi, Satu Pemahaman: Tiada Kemerdekaan tanpa Perjuangan
Agustus selalu semarak. Lagu-lagu nasional dan yang bertema perjuangan berkumandang. Merah putih dalam wujud bendera, lampu kelap-kelip, umbul-umbul, maupun pita menghiasi sekolah, perkantoran, dan jalanan. Di manakah kemeriahan itu kini?
—
“DI rumah.” Jawaban itu meluncur dengan riang dari mulut Tantri Syalindri Ichlasari alias Tantri Kotak. Semarak kemerdekaan, menurut dia, selalu ada di dalam sanubarinya. Maka, dengan atau tanpa pawai dan lomba-lomba, hari kemerdekaan Republik Indonesia selalu istimewa baginya.
Tantri mengatakan bahwa lomba 17-an itu sudah tradisi. Kendati pandemi Covid-19 tidak memungkinkan masyarakat untuk berkerumun dan menggelar perlombaan atau permainan secara langsung, akan selalu ada cara untuk merayakan HUT RI. ’’Lihat saja nanti kan seliweran di media sosial,’’ katanya kepada Jawa Pos kemarin (14/8).
Di kota-kota besar sampai pelosok desa, lomba 17-an selalu meninggalkan kenangan. Tidak selalu manis, tapi pasti seru. “Mengundang banyak tawa,” ujar Tantri. Keseruan-keseruan itu yang selalu membuat istri Hatna Danarda alias Arda Naff tersebut rindu pada momen 17-an.
Tahun ini, karena pandemi, pengurus RT di lingkungan tempat tinggal Tantri tidak menyelenggarakan perlombaan. Maka, kesempatan bagi Karanada Medina Danarda menjadi peserta lomba 17-an hanya bisa di sekolah. Putri sulung Tantri dan Arda itu berkompetisi dengan teman-temannya dalam lomba virtual yang digelar sekolah.