Terlalu Asyik Bakar-bakaran, Santap Malam sampai Dua Jam
Penyair Joko Pinurbo menegaskan bahwa Jogjakarta terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Waroeng Klangenan di Jalan Patangpuluhan, Wirobrajan, mewujudkannya dalam kreasi kuliner. Ada 15 varian nasi kucing, menu utama angkringan, di tempat makan yang membuat Presiden Joko Widodo (Widodo) dan keluarga merasa sedang bersantap di rumah itu.
SEPTIAN NUR HADI, Jogjakarta
---
NASI kucing adalah komponen terpenting angkringan. Karena itu, Waroeng Klangenan sengaja memberikan banyak pilihan. ”Nasi teri, nasi tempe, nasi bihun. Pilihan lainnya seperti nasi bandeng, nasi sambel telur, nasi cumi, nasi jambal. Semuanya terbungkus daun pisang,” ujar Thomas Sukawan Aribowo, pemilik Waroeng Klangenan, ketika ditemui Jawa Pos di warungnya pada 18 Desember lalu.
Jika menunya khas angkringan, lalu mengapa konsepnya rumah makan? Soal itu, Thomas yang meresmikan Waroeng Klangenan pada 2015 punya cerita sendiri. Dia adalah penggemar angkringan. Di Jogjakarta, angkringan tersebar di setiap sudut kota. Tinggal pilih. Harga makanannya rata-rata sama. Begitu pula jenis sajiannya. Yang beda hanya suasananya. Atau vibes-nya kalau kata anak zaman now.
Sebagai penggemar angkringan, Thomas mengidentikkan kedai-kedai penjaja nasi kucing itu dengan lesehan.
Begitu tiba di angkringan, pelanggan tinggal menunjuk apa-apa saja yang diinginkan. Nasi kucing, tempe tepung, sate usus, dan tahu bacem, misalnya. Bisa tinggal tunjuk atau bilang ke mas-mas penjaga angkringannya.
Setelah pesan, pelanggan tinggal duduk di atas alas yang disediakan. Biasanya, mas-mas penjaga angkringan menggelar tikar di tempat yang dijadikan area makan. Jika lebih suka makanan pendamping nasi kucing dalam versi asli alias tidak dibakar, pelanggan bisa langsung membawanya ke lokasi makan. Jika menginginkan makanan pendamping nasi kucing dibakar agar cita rasanya maksimal, pelanggan harus menunggu dibakarkan sebentar.
Yang sering terjadi, menurut Thomas, adalah tingkat bakaran yang diinginkan pelanggan dan yang tersaji tidak sama. Kurang matang atau malah gosong. Padahal, selain nasi kucing, makanan pendamping yang dibakar itu juga penting bagi pelanggan. Selera makan bisa kemudian lenyap jika pelanggan mendapati sate ususnya gosong atau kepala ayam bacemnya hitam legam.
Pengalaman-pengalaman itulah yang Thomas rekam dan koreksi di Waroeng Klangenan. Pria 57 tahun tersebut menghadirkan angkringan dengan konsep bakar-bakar makanan pendamping secara mandiri. Pelanggan bisa membakar sendiri gorengan atau lauk yang dipilih untuk mendampingi nasi kucingnya. Waroeng Klangenan membekali pelanggan dengan alat bakar mini plus baranya. Juga bumbu oles dan kipas untuk mengatur api.
Selain nasi kucing banyak varian, Thomas melengkapi warungnya dengan aneka sate. Total, ada 25 macam. Mulai sate usus, ati ampela, telur puyuh, sampai gembus alias ampas tahu. Selain gorengan, sate juga menjadi teman setia nasi kucing. Jika gorengannya cenderung asin, sate-sate di angkringan relatif manis karena rata-rata dibumbui bacem.
Melengkapi sensasi makan ala angkringan, Waroeng Klangenan menyediakan 21 jenis minuman tradisional yang disebut wedang. Sebagian besar diolah dari herbal. Misalnya, wedang klangenan, jahe gepuk, jahe kencur, temulawak, dan kunir asem sirih.
Agar mereka yang datang ke warungnya nyaman, Thomas menyediakan tiga area makan yang berbeda. Yakni, lesehan, meja kursi indoor, dan meja kursi outdoor. Sejauh ini area outdoor yang paling digemari. Apalagi pada siang dan sore hari. Apa yang lebih nikmat dari bersantap di bawah rindangnya pohon ditemani angin yang berembus dari kampung-kampung di sepanjang Patangpuluhan?
Siapa saja pasti akan kerasan. Bahkan, Presiden Jokowi dan keluarganya seperti enggan beranjak dari Waroeng Klangenan saat berkunjung pada Juni 2019. Selama sekitar dua jam, Jokowi dan dua putranya bergantian membakar sate serta gorengan. Mereka menikmati santap malam dalam suasana akrab.
Thomas menyatakan, kunjungan Jokowi ke warungnya terbilang mendadak. ”Satu hari sebelum beliau datang, tim kepresidenan menghampiri kami. Mereka memberitahukan bahwa Presiden Jokowi hendak makan malam di sini,” jelasnya.
Reaksi Thomas bagaimana saat mendengar kabar itu? ”Kaget pastinya. Apa yang membuat Jokowi mau mampir ke sini?” ungkapnya. Dia hampir tidak percaya warung yang dikelolanya menarik perhatian presiden.
Setelah itu, Paspampres dan tim dokter kepresidenan langsung menjalankan tugas mereka di Waroeng Klangenan. Seperti biasa, mereka mengecek kelayakan warung serta semua menu yang disajikan. Bahan makanan juga menjadi subjek pemeriksaan. Pada hari H, Jokowi dan rombongan tiba sekitar pukul 19.00 WIB. Jokowi mengajak serta Ibu Negara Iriana, Gibran dan keluarganya, serta Kaesang.
Jokowi dan keluarga duduk di area tengah, tepat di depan meja prasmanan yang menjadi etalase semua menu Waroeng Klangenan. Sebelum Jokowi tiba, tim dokter kepresidenan memilihkan makanan untuk sang presiden. Namun, Jokowi dan keluarganya punya pilihan sendiri. Mereka pun dengan bebas memilih gorengan dan lauk yang mereka sukai untuk mendampingi nasi kucing.
Saat Jokowi dan rombongan dari Jakarta singgah ke warungnya, Thomas tetap membuka Waroeng Klangenan untuk umum. ”Itu kemauan langsung dari Jokowi. Memperbolehkan pengunjung lain tetap datang sehingga bisa membaur, makan, dan foto bersama,” terangnya.
Para pelanggan Waroeng Klangenan tetap boleh datang. Namun, hanya mereka yang datang sebelum Jokowi yang boleh berada di warung tersebut. Mereka yang datang setelah Jokowi tiba terpaksa ditolak. Para pelanggan yang telanjur berada di warung pun tidak boleh meninggalkan tempat sebelum Jokowi dan keluarganya pulang.
Hari itu, Jokowi mampir selama dua jam. Sama dengan para pelanggan lainnya, Jokowi makan di piring anyaman rotan. Di atasnya ada lembaran kertas minyak cokelat sebagai alas. Piring Jokowi berisi nasi teri, beberapa sate, termasuk sate gembus, serta tahu dan tempe. Untuk minumannya, Jokowi memesan wedang klangenan. Wedang spesial Waroeng Klangenan itu terbuat dari ramuan beragam rempah plus jahe.
Sebelum menyantap makanan di hadapannya, Jokowi pun berkreasi dengan lauk dan gorengan yang dipilihnya. Bergantian dengan Gibran dan Kaesang, Jokowi membakar lauk dan gorengan. Sesekali, dia juga mengoleskan bumbu bakaran yang Thomas sediakan.
Tetesan kecap yang dicampurkan ke dalam bumbu menimbulkan sensasi tersendiri di atas meja. Seketika, barang yang terkena tetesan mengeluarkan suara mendesis. Asap pun mengepul dan menyelubungi meja tempat Jokowi dan keluarganya bersantap. Untuk sesaat, mereka seperti sedang makan bersama di rumah, bukan di Waroeng Klangenan. Keakraban begitu mendominasi meja tersebut malam itu.
Setelah puas bersantap dan melayani permintaan foto beberapa pelanggan, termasuk Thomas dan keluarganya, Jokowi meninggalkan warung. Sebelum berlalu, dia menyebut Waroeng Klangenan sebagai restoran yang unik. Konsep angkringan dengan keleluasaan bagi pelanggan untuk membakar sendiri makanan adalah strategi yang jitu. Apalagi, Thomas tetap berkiblat pada menu angkringan dan wedang-wedangan. Sungguh khas.
Bagi sebagian pelanggan, singgah di Waroeng Klangenan memang berarti pulang. Melunasi kerinduan mereka pada santapan sederhana yang bisa dengan mudah ditemukan di semua sudut Kota Pelajar. Bagaimana? Auto-kangen Jogjakarta?

-