Ibu-Anak Jadi Mitra Gojek untuk Menopang Ekonomi Keluarga

29 Oktober 2022, 14:01:55 WIB

Naropah memberanikan diri mendaftar sebagai mitra platform on-demand, Gojek pada 2019. Kini, anak keduanya, Citra Galuh Pramudita menjalani profesi serupa. Jatuh berkali-kali di jalanan sudah dia rasakan. Ditabrak mobil dari belakang juga sudah pernah. Namun, dia tak pernah mengeluh.

I’ied Rahmat Rifadin, Surabaya

“Yang bikin saya kuat sampai sekarang ini ya anak. Capek saya hilang kalau lihat mereka tersenyum bahagia,” ucap Naropah saat ditemui Jawa Pos di rumahnya di wilayah Dukuh Kupang, Surabaya pada Kamis (27/10).

Saat itu Naropah menerima kedatangan Jawa Pos di teras depan rumahnya. Di situ juga terparkir sebuah sepeda motor Honda Beat keluaran 2019. “Ya itu kedua kaki saya mas. Teman saya ke mana-mana,” ucapnya sambil tersenyum dan menunjuk motornya yang berwarna merah-hitam tersebut.

Perempuan berusia 48 tahun itu menuturkan, dia mulai banting tulang untuk menjadi sumber pemasukan tunggal keluarganya sejak sang suami mengalami stroke lima tahun lalu. Sejak itu, suaminya sudah tidak mampu beraktivitas lagi di luar rumah. “Dulu suami saya kerja di bengkel elektrikal kapal. Sekarang cuma bisa duduk sama tiduran aja. Tubuhnya separuh tidak gerak yang sebelah kiri,” ucap Naropah.

Sejak itu, berbagai usaha sudah dia coba untuk memastikan dapur rumahnya tetap ngebul. Apalagi, saat itu, buah hatinya juga masih belum tamat sekolah. Sebelum menjadi mitra driver Gojek, Naropah lebih dulu berjualan nasi babat dan penyetan di pinggiran gang rumahnya.

Setelah berjalan beberapa waktu, hasil dari berdagang nasi itu ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga yang terus bertambah. Karena itu, saat mendengar info Gojek membuka lowongan mencari mitra driver baru pada 2019, dia langsung daftar.

“Mungkin rezeki saya juga bukan di dagang. Saya ini dari dulu suka mbolang (jalan-jalan, red). Jadi kerja gojek ini ndak saya jadikan beban. Saya anggap sekalian jalan-jalan aja,” ucap ibu dua anak tersebut sambil tersenyum.

Sejak tiga tahun lalu itulah aktivitas keseharian Naropah berubah. Kini kesibukannya tiap hari sudah mulai sejak pukul tiga pagi. Setelah bangun tidur, Naropah langsung pergi ke pasar. Setelah memasak, dia kemudian memastikan semua aktivitas rumah tangga lain di keluarga kecilnya itu juga beres saat matahari baru terbit. Mulai dari menyapu sampai menghidangkan sarapan.

“Kalau semua pekerjaan rumah aman, baru saya mulai on bid (mengaktifkan aplikasi gojek untuk mencari orderan, red),” ucap Naropah. “Biasanya saya on dari jam delapan (pagi) sampai jam enam (sore). Kadang juga sampai jam sembilan (malam),” tambahnya.

Naropah menuturkan, dari yang dia rasakan menjadi mitra Gojek, hal terpenting yang harus dimiliki itu adalah konsistensi. Itu karena kebiasaan dan semua aktivitas para mitra driver terpantau otomatis di aplikasi. Jika itu dijalani, order dari aplikasi secara otomatis bakal sering memilih mereka untuk menerima orderan.

“Ngebid setiap hari jam segini sampai jam segini. Harus konsisten. Jangan kebanyakan cancel orderan. Kalau memang harus di-cancel, langsung lapor ke call center kendalanya apa. Kalau sudah gitu pasti digrojok orderan sama server,” ucapnya.

Di tengah persaingan mitra ojek online yang makin ketat, berkat ketekunan dan konsistensi yang dia jalani sebagai mitra driver, Naropah mengaku sampai saat ini masih bisa mendapat pemasukan cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya. Itu juga termasuk ketika masa pandemi terjadi dua tahun belakangan.

Hasil setiap harinya memang tidak menentu. Tapi dia merasa cukup. Kisarannya antara 150 hingga 200 ribu. “Pas pandemi, malah ramai yang GoSend sama GoFood. GoRide memang sepi. Sekarang sekolah dan kantor kembali normal, GoRide malah ramai lagi,” ucap Naropah.

Citra Galuh Pramudita, anak kedua Naropah mengatakan, sampai sekarang dirinya kadang masih tidak tega melihat ibunya harus berangkat berjuang setiap hari di jalanan. Apalagi, ketika orderan datang di tengah hujan lebat. Atau di siang hari ketika jalanan Surabaya sedang panas-panasnya.

Saat masih sekolah, ketika sudah pulang dan kegiatannya usai, Citra sering menemani ibunya itu ikut mengantarkan orderan GoSend. Tahun ini, Citra telah lulus SMA. Satu bulan terakhir, dia juga sudah terdaftar aktif sebagai mitra Gojek untuk program pengantaran paket GoSend Same Day atau GoKilat. “Ngisi waktu biar ndak nganggur di rumah. Mbantu ibuk juga buat nambah pemasukan,” ucap Citra yang kini berusia 18 tahun.

Kini, saat Citra harus berangkat mengirim orderan, giliran Naropah yang kadang tidak tega melihat anaknya itu harus berjuang di jalanan seperti dirinya. “Dia ini kan ndak tinggi orangnya. Jadi pas nggendong box GoSend itu kayak gede banget gitu box nya. Ndak tega saya. Kalau dia berangkat itu kadang malah saya tangisi,” ucap Naropah.

Meski demikian, Naropah dan Citra tidak pernah mengeluh. Menyusuri jalanan kota Surabaya sudah jadi makanan sehari-hari. Mereka menikmati aktivitas itu. Mensyukuri pendapatan setiap hari. Karena bagaimanapun, menjadi mitra driver Gojek selama ini telah terbukti mampu menjadi penopang ekonomi keluarga mereka. Termasuk di masa-masa berat saat pandemi lalu.

“Kalau dibilang cukup yang cukup. Kalau dibilang ndak cukup ya ndak cukup. Kalau buat gaya hidup ya memang ndak cukup. Tapi kalau untuk kebutuhan hidup saya Insya Allah cukup,” ucap Naropah.

Sebagai mitra driver, Naropah merasa Gojek sebagai penyedia aplikasi juga sudah membuat sistem yang jelas dan terukur. Tinggal aktivitas masing-masing mitra driver saja yang menentukan pemasukan rezeki masing-masing.

Ada hal lain yang membuat Naropah merasa aman menjadi mitra Gojek selama ini. Itu adalah berbagai program dan sistem keamanan yang dibuat Gojek untuk para mitra. Kekerabatan erat komunitas driver yang dia ikuti juga menguatkannya. Saat ini, Naropah tergabung dalam komunitas driver Gojek Surabaya Raya, Eagle Drive Team.

Awal tahun ini, Naropah sempat mengalami musibah. Dia ditabrak dari belakang sebuah mobil di jalan protokol wilayah Surabaya barat. Gara-gara kejadian itu, motornya rusak di bagian belakang. Kaki kirinya juga memar. Saat itu, dia langsung mengabarkan kejadian tersebut di grup Whatsapp komunitas. Tidak berselang lama, puluhan anggota komunitasnya sudah berkumpul di lokasi kejadian untuk menolongnya.

Yopi Pradana, Ketua komunitas tersebut malah langsung mengontak ambulance Gojek untuk merapat ke lokasi. Gojek saat ini memang sudah memiliki satu ambulance khusus beserta tim medis dan Tim Unit Darurat yang setiap hari stand by melayani keadaan darurat mitra maupun konsumen. “Padahal saat itu luka saya ndak seberapa. Masih bisa berdiri. Tapi tetap harus dibawa ambulance dan diperiksa medis karena sudah prosedur,” ucap Naropah.

Aplikasi Gojek juga dilengkapi dengan standar kecepatan maksimum untuk mitra mereka. Ketika mitra Gojek terlalu ngebut, aplikasi otomatis akan mengeluarkan notifikasi dan bunyi alarm sebagai peringatan agar mitra mengurangi kecepatan. “Jadi, ketika ada pelanggan yang ingin buru-buru, kita bisa jelaskan di Gojek ada aturan yang harus dipatuhi demi keamanan bersama,” ucap Naropah.

Alfianto Domy Aji, Head Corporate Affair Gojek wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara menuturkan, pihaknya selama ini memang menjalankan berbagai program demi meningkatkan pelayanan. Baik itu untuk pelanggan maupun juga untuk para mitra driver.

Bagi mitra driver, program-program ini dilaksanakan agar mereka mampu meningkatkan pelayanan sekaligus meningkatkan skill dalam berbagai bidang selama berada di dalam ekosistem Gojek. Beberapa program itu di antaranya seperti Pelatihan Keamanan Berkendara dan Bengkel Belajar Mitra alias BBM.

Di Pelatihan Keamanan Berkendara, para mitra diberi bekal meningkatkan pengetahuan terkait etika berlalu lintas sekaligus langkah-langkah yang harus dilakukan saat menghadapi kondisi darurat. “Demi melatih kesiagaan driver dalam mengontrol keselamatan diri, keselamatan penumpang, dan juga keselamatan berkendara secara umum,” jelas Domy.

Biasanya, program-program ini diikuti oleh para perwakilan komunitas mitra driver. Nantinya, setelah acara tersebut, para perwakilan diharapkan bisa menyampaikan kepada rekan-rekannya di komunitas.

Naropah (dua dari kanan) saat berkumpul bareng driver Gojek lainnya. (Naropah untuk JawaPos.com)

Sementara itu, program BBM merupakan wadah belajar dan pelatihan tatap muka langsung bagi para mitra. Menurut Domy, BBM sekaligus merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Gojek untuk terus menjadikan mitra driver sebagai andalan konsumen dengan memiliki kualitas pelayanan yang tinggi.

“Program BBM sudah dimulai sejak 2018. Di program ini pelatihan kepada mitra driver telah membahas berbagai topik. Mulai pengelolaan kendaraan, anti kekerasan seksual, keselamatan berkendara, hingga wirausaha, dan cara pengelolaan keuangan bagi mitra driver,” jelas Domy kepada Jawa Pos.

Terkait dengan pelatihan khusus driver wanita, baru-baru ini Gojek Surabaya bersama Universitas Surabaya (Ubaya) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak & Kependudukan (DP3AK) Kota Surabaya juga telah mengadakan kegiatan pelatihan. Temanya tentang Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak.

Kegiatan itu dilaksanakan agar para mitra driver perempuan dapat tetap bekerja sekaligus tidak melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Yakni memonitor perkembangan anak dengan baik.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Sidoarjo sudah memprediksi, cuaca ekstrem berpotensi bertahan di Jawa Timur sampai empat bulan mendatang. Puncaknya pada Desember nanti hingga Februari tahun depan.

Namun, bagi puluhan ribu mitra driver Gojek yang saat ini tersebar di Surabaya Raya seperti Naropah dan putrinya, tidak ada pilihan berdiam diri di rumah. Hujan, panas, angin kencang harus dilewati. Demi dapur rumah tetap mengepul. Doa mereka setiap memulai hari cuma satu. Semoga selamat seharian ini. Semoga orderan datang bertubi-tubi. (*)

Editor : Dhimas Ginanjar

Reporter : I'ied Rahmat Rifadin

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads