JawaPos.com–Kemungkinan besar La Nina sedang berkembang di Samudera Pasifik yang cenderung meningkatkan curah hujan. Sehingga bahaya banjir harus diwaspadai dalam kurun waktu Desember 2021 hingga Februari 2022.
Hal itu diungkapkan Peneliti Ahli Utama Oseanografi Terapan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Widodo Pranowo. Dia menjelaskan, proses pembentukan La Nina disertai dengan mekanisme interaksi antara laut dan atmosfer yang lain.
”Posisi Indonesia di suatu persimpangan besar geografis dua benua dan dua samudra, Samudera Hindia dan Pasifik menghasilkan variabilitas iklim laut yang kompleks,” ungkap Widodo Pranowo.
Widodo mengatakan, Samudera Hindia memberikan pengaruh secara jarak jauh (telekoneksi) kepada Indonesia melalui fenomena yang dikenal sebagai Indian Ocean Dipole (IOD). Samudera Pasifik secara telekoneksi memberikan pengaruh yang sering disebut sebagai El Nino Southern Oscillation (ENSO).
”Pemantauan peningkatan suhu laut di Samudera Pasifik barat dan wilayah perairan Indonesia harus terus dilakukan secara kontinu mulai bulan ini sebagai peringatan dini. Peningkatan suhu permukaan laut akan semakin meningkatkan penguapan air laut ke angkasa, yang artinya akan meningkatkan probabilitas terjadinya hujan,” urai Widodo.
Anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) juga menyebutkan dampak lain dari meningkatnya suhu permukaan laut adalah meningkatnya probabilitas terjadinya siklon tropis atau badai di laut. Secara teoritis, ketika La Nina tingkat moderate memasuki periode Desember 2021 hingga Januari atau Februari 2022, sebenarnya kekuatan angin dari timur atau timur laut berangsur berkurang karena adanya angin musim barat yang bergerak dari barat atau barat laut.