JawaPos.com-Pelatih ganda campuran Indonesia Nova Widianto mengungkapkan kekesalannya di ruang konferensi pers Indonesia Masters 2021 kemarin (18/11).
Nova melakukan kritik yang sangat tajam, juga sangat pedas, terhadap performa ganda campuran nomor satu Indonesia Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang terus menukik.
Pada Rabu (17/11), Praveen/Melati langsung takluk di babak pertama Indonesia Masters. Lawannya saat itu adalah ganda India nomor 178 dunia, Dhruv Kapila/Reddy N. Sikki. Praveen/Melati yang berada di posisi lima dunia itu kandas dalam dua game langsung dengan skor 11-21, 20-22. Juara All England 2020 tersebut tumbang hanya dalamĀ tempo 30 menit.
Di hadapan wartawan, Nova yang merupakan juara dunia dua kali pada 2005 dan 2007 dan peraih perak Olimpiade Beijing 2008 bersama Liliyana Natsir, melakukan evaluasi, analisis, dan kritik terbuka kepada penampilan Praveen/Melati. Berikut adalah transkrip lengkapnya.

-
Bagaimana merespons kakalahan Praveen/Melati?
Biasanya kan, kita heboh kalau juara, nah ini kalah malah lebih heboh. Kalau dari saya, kita tuan rumah. Main di kandang sendiri, ya saya pengennya main maksimal-lah. Menang, kalah itu belakangan. Tapi saya lihat kemarin mereka mainnya nggak ada fightnya. Motivasinya nggak ada.
Kita nggak usah ngomong komunikasilah. Saya rasa mbak-mbak, mas-mas (wartawan di konferensi pers, Red) sudah bosen dengan alasan komunikasi. Saya nggak masalah soal itu. Walaupun mereka nggak saling ngomong, asal mereka main maksimal dan sadar tanggung jawab sendiri-sendiri, sebenernya nggak masalah.
Itu kan lawannya, bukannya kita ngeremehin, tapi lawannya itu dua level di bawah mereka. Saya rasa mereka nggak ada rasa tanggung jawabnya. Main di kandang sendiri, harusnya rasa nggak mau kalah itu ada.
Ada yang bilang grogi. Tapi kami pemain tahu, kalau grogi, tapi kalau main maksimal ya nggak masalah.
Temen-temen wartawan sudah lihat mereka main kayak gimana. Saya rasa itu sih. Jadi kalau ngomong masalah komunikasi ya basi, bosen ya. Asal mereka main maksimal, mati-matian di lapangan, saya nggak masalah. Nggak ada komunikasi juga nggak masalah.
Tapi kalau yang ini, bisa lihat sendiri. Nggak ada sama sekali fightnya. Istilahnya nggak ada rasa tanggung jawab sama sekali bermain untuk Indonesia. Nggak ada tanggung jawab atau nggak ada kebanggaan. Saya nggak tahu.
Ada pelatih di situ yang mendampingi, mereka juga nggak menghargai. Orang mau ngomong apa terserah. Dan masalah pribadi, jangan sampai dibawa ke lapangan. Kalau misalnya nggak ada komunikasi lalu mereka nggak main maksimal, itukan nggak ada tanggung jawabnya.
Kita nggak usah ngomongin teknislah. Wartawan, walaupun tidak main badminton juga tahu, itu bukan masalah teknis.

-
Coach Nova pasti sudah berbicara dengan Praveen dan Melati. Apa sebabnya sehingga mereka tidak punya fighting spirit?
Begini, mereka kan sering ngomong nggak ada masalah. Tetapi saat kami tanyakan, ya memang ada masalah gitu. Kalau kita membahas itu, kita akan habis waktu. Ini mungkin kasar ya, kita fokus yang lain dulu, yang masih menanglah.
Ke depan masih ada Indonesia Open, Kejuaraan Dunia. Dengan problem yang ada sekarang, kira-kira pemecahannya seperti apa?
Saya kan sudah ngobrol dengan mereka. Saya sudah tahu kondisinya. Kami kan ngobrolnya satu-satu. Ya, saya cuma ngomong kalian harus selesaikan sendiri, karena kalau ngobrolin berdua, egonya pasti akan muncul masing-masing. Itu selesaikan sendiri.
Kalau saya terus mengurus mereka masalah komunikasi ini, yang lain kasihan. Saya cuma satulah, kalian ada masalah kayak apa, asal fight di lapangan, itu sudah cukup. Kalah dan menang di permainan sudah biasa.
Justru saya kemarin, istilahnya saya benar-benar marah dengan permainan mereka. Semua ada groginya, semua ada tegangnya. Tetapi kita semua tahu bukan itu masalahnya. Dari awal masuk lapangan sudah nggak ada pridenya sama sekali.
Menanggapi desakan penggemar bulu tangkis Indonesia untuk memecah Praveen/Melati?
Kalau desakan ya memang ada. Tetapi saya kemarin sudah ditanya dan laporan ke Binpres (Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky, red), kita fokus yang masih menang, nanti kita lihat ke depannya bagaimana. Tapi saya jawab sih, mungkin ini mendahului ya, kalau saya rasa nggak ada pemecahan.
Mereka itu sudah senior, kalau mereka ada pilihan lain atau opsi lain, mending mereka di luar saja (luar pelatnas, Red). Kita nggak tahu ya, karena saya juga belum berbicara dengan pengurus. Tapi dari sudut pandang saya ya seperti itu.
Sebetulnya kalau mau ngomong jujur, mereka masih yang terbaik. Tapi kalau mereka merasa lebih bisa berkembang di luar (pelatnas), kami sebagai pelatih ya nggak masalah. Karena mungkin kalau mereka di luar, malah mungkin lebih ada chemistry-nya, nggak berantem lagi.
Kalau di luar, mereka kan bisa seenaknya, nggak masalah. Mungkin saya agak teges, tetapi nggak apa-apalah. Terserah. Karena kalau mereka di luar, mereka bisa seenaknya, nggak masalah. Mereka jadinya punya tanggung jawab sendiri. Kalau di PBSI kan nggak bisa. Mereka harus punya tanggung jawab itu.
Kami kan sudah ngomong, kalau kalian sudah menjadi pasangan terbaik di Indonesia, sudah menjadi juara All England, otomatis beban itu pasti ada. Kita pasti nuntut kalian juara. Dari PBSI juga begitu.
Ya memang harus diatasi dan harus dilewati. Jangan kalau ada beban maunya rileks. Kalau kalian mau jadi pemain dunia dan pemain top, istilahnya, harus melewati itu semua. Nggak bisa bilang, jangan kasih beban dong, jangan kasih beban dong.
Lalu bilang, kalau perlu, kami nggak usah main. Ada problem dikit, nggak bisa main. Ya kalau mau jadi pemain kelas dunia, harus bisa melewati itu semua. Jangan cuma pengennya jalannya mulus saja sampai juara.
Kan selama ini, mereka bagitu. Kalau dari awalnya bagus, bisa juara. Tetapi kalau ada hal-hal yang tidak enak sedikit saja, mereka tidak bisa ngatasin.
Apakah dengan kondisi sekarang, dalam jangka pendek, performa Praveen/Melati bisa kembali ke puncak permainan lagi?
Kalau saya jawab jujur, itu semua tergantung mereka. Kalau mereka mau, mereka bisa. Sudah saya bilang beberapa kali ya, Praveen itu saya bilang termasuk istimewa. Kalau mereka mau, kalau mereka mau usaha, ada kemungkinan mereka bisa jadi juara dunia. Ada peluang ke sana.
Jadi jangan lihat performa mereka kemarin-kemarin jelek. Karena sudah sering terjadi begitu. Tetapi sebagai pelatih, kami kan nggak pengen mereka seperti ini terus. Kalau bisa ya, mereka konsisten. Jangan ada masalah sedikit mereka nggak bisa main, nggak mau main.
Kalau mereka lagi nggak enak, ya mereka harus tahan dan mencari celahnya. Jangan pasrah dengan keadaan, itu yang sering saya bilang, jangan pasrah dengan keadaan. Selama ini saya lihat, mereka pasrah dengan keadaan!
Kalau saya selalu bilang, itu tergantung mereka. Sebab mereka pasangan, nggak bisa saling menyalahkan. Misalnya Praveen menyalahkan Meli. Kalau masalahnya komunikasi, kita kan nggak mungkin tanya, masalahnya dari mana sih? Siapa yang salah? Sudah, itu urusan mereka berdua karena mereka adalah pasangan.