Sodo Lanang, Mahasiswa Unesa yang Berkarier sebagai Pianis

3 Desember 2021, 07:48:50 WIB

Hatinya berlabuh pada keindahan denting piano sejak berusia 2 tahun. Kecintaan itu terus tumbuh dan dirawat. Hingga, dia meraih prestasi bersama apa yang dicintainya sejak kecil.

SHABRINA PARAMACITRA, Surabaya

SODO Lanang santai saja meladeni permintaan wawancara Jawa Pos malam itu (29/11). Padahal, dia cukup sibuk sejak tengah hari. Keyboardist itu baru saja menyelesaikan proyek kolaborasi bersama Ray Prasetya. Paduan permainan piano dari Sodo dengan gebukan drum dari Ray menghasilkan tampilan kolaborasi yang apik, yang kemudian dia pamerkan ke Jawa Pos saat wawancara. ’’Bisa dilihat di Instagram saya,” katanya bangga.

Sodo merasa senang bisa berkolaborasi dengan Ray. Tentu, bermusik dengan drumer andal menjadi pengalaman tak terlupakan. Apalagi, sudah lama Sodo menekuni piano sebagai jalur bermusiknya.

Sejak kelas II SD, mahasiswa Jurusan Seni Musik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut belajar piano klasik. Pakem-pakem dalam genre itu dipelajarinya hingga bertahun-tahun. Dia senang, tapi tak bebas. Sebab, genre klasik membatasinya dalam mengeksplorasi diri.

Menginjak bangku SMP, dia memberanikan diri bermain band. Dalam kesempatan itu, Sodo mempelajari lebih banyak genre musik. Rock, pop, jazz, blues, semua ’’dilahap’’-nya.

Perjalanan eksplorasi diri itu dilakukan dari satu pentas seni ke pentas seni lain, dari satu festival ke festival lain. Sodo terus mendewasa. Hingga saat SMA, dia mengubah orientasinya dalam bermusik.

’’Kalau sebelumnya saya ingin band saya menang di festival-festival, waktu SMA arah saya bukan ke situ. Tapi, lebih ke ranah pertunjukan aransemen musik saya,” kata Sodo.

’’Rasanya begitu berbeda,’’ imbuh pria 20 tahun itu. Ketika dia mendengar tulisan aransemen musiknya dimainkan orang lain, bunyi yang keluar dari alat-alat musik tersebut sungguh membahagiakan.

Sodo lantas meneruskan hobinya menulis aransemen lagu dan musik instrumental. Kini dia menemukan identitas dirinya sebagai musisi fusion. Rock, jazz, dan blues bercampur jadi satu. ’’Saya tidak ingin mengotakkan diri hanya dalam satu aliran musik,” imbuhnya.

Pada September lalu, Sodo memenangkan silver medal dalam ajang Malaysian Piano Competition 2021 yang diselenggarakan The Euroasia Association of Performing Arts. Dalam kompetisi itu, Sodo memainkan repertoar Fantaisie Impromptu dari Frédéric François Chopin.

Kompetisi yang digelar secara daring tersebut dipersiapkannya dalam waktu satu semester. Persiapan yang sebetulnya kurang matang, menurut Sodo. ’’Saya perfeksionis,” kata sulung dua bersaudara itu.

Perfeksionisme itu tidak hanya dirasakannya ketika mengikuti kompetisi. Bahkan, dalam hal publikasi di media sosial pun, dia tak suka asal unggah. Dari puluhan aransemen musik yang dibuatnya, hanya sebagian kecil yang dia unggah ke media sosial.

Sosok ayah menjadi pendukung sejati bagi karier bermusik Sodo. Adalah Faizin, seorang pelukis yang tinggal di Banyuwangi, yang mengenalkan Sodo pada merdu suara tuts piano. Betapa tidak, Faizin bahkan mengenalkan piano kepada putranya itu sejak berusia 2 tahun. ’’Dia mampu mengenal nada dengan baik,” ungkap Faizin. Karena sering menyaksikan sang ayah bermain piano, tak sulit bagi Sodo ikut jatuh hati.

Sebagai sesama seniman, mudah bagi Faizin mengenal pola dan kebiasaan Sodo sebagai musisi. Jika Sodo sedang bad mood, Faizin terkadang mengajak putranya itu jalan-jalan di sekitar rumah. Kekompakan seperti itu penting dibangun, tidak hanya untuk merekatkan hubungan ayah dan anak, tapi juga mendekatkan hubungan keluarga yang sama-sama berjiwa seni.

’’Akhirnya saya juga ikut update soal musik, sering berdiskusi sama Sodo,” ujar Faizin. Adik Sodo, Pudak Wangi, juga diarahkannya untuk menjadi seniman. Menurut Faizin, putri bungsunya itu berbakat menjadi animator.

Editor : Dhimas Ginanjar

Reporter : */c7/git

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads