JawaPos.com - Pentol digemari semua orang, baik karena rasa maupun harga. Namun, ada sebagian orang yang menginginkan rasa lebih variatif. Pentol Edan sukses berkat kejelian menggarap ceruk tersebut.
Berdiri sejak Februari 2016, Pentol Edan diinisiatori 14 anak muda yang tergabung dalam komunitas sedekah. Sebanyak 14 anak muda itu memiliki latar belakang profesi yang beragam. Ada yang pekerja kantoran, ada pula yang wirausahawan.
Mereka mengumpulkan dana untuk modal awal Rp 800 ribu per orang. Total diperoleh modal senilai Rp 11 juta. Uang itu digunakan untuk membeli freezer, rombong, steamer, adonan, hingga sewa tempat.
Lazimnya sebuah bisnis, seleksi alam pun berlaku. Hanya tujuh pendiri yang bertahan di bisnis perpentolan. Mereka adalah Ananta Surya, Yurmiatus Suhaimah (Yoshi), Agus Ali, Dian Apri Hidayat, Aryo Setyo, Artahastian, serta Erwin Julianto.
Ide awal untuk berbisnis pentol bermula dari Ananta yang sekarang mengurusi bagian produksi. ”Pentol merupakan makanan yang eksis dari zaman saya masih SD hingga sekarang. Pentol juga lebih simpel dibanding bakso karena tidak harus menggunakan kuah, tinggal dimodifikasi saja,” terang Ananta.
Kali pertama berproduksi, mereka menggunakan rumah Ananta di kawasan Manukan. Selama enam bulan, mereka melakukan percobaan sampai menemukan formula yang pas untuk pentol. Mereka juga meminta pendapat dari pakar pentol, yakni tukang bakso, untuk menilai.
”Awalnya banyak komplain tentang rasa maupun tekstur pentol. Tetapi, karena sudah telanjur sewa tempat, mau tidak mau harus diteruskan sambil memperbaiki formula pentol,” terang alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember tersebut.
Produksi pun dilakukan secara manual dan bergantian antarpendiri. Jika pagi Agus dan Yoshi datang ke rumah Ananta untuk melakukan produksi hingga sore, Dian dan Artahastian menjaga kedai pertama di Kaza City. Jadwal mereka pun digilir bergantian.
Tiga bulan silam, rumah produksi dipindah ke Balongsari. Dalam sehari, mereka memproduksi 4.000 pentol. Mereka juga terus memperbaiki kualitas makanan hingga penyajian. Misalnya, dari awalnya menggunakan karet gelang, kini mereka menggunakan hand sealer. Mereka juga telah menutup gerai di Kaza City karena tidak sesuai dengan segmen pasar. Mereka beralih ke City of Tomorrow sejak April 2016.
Pentol Edan memang memilih gerai di mal karena sesuai dengan segmentasi anak muda. Dalam setahun, mereka telah membuka 13 gerai. Sepuluh gerai di Surabaya, dua gerai di Kediri, dan satu gerai di Mojokerto. ”Ada tiga gerai yang kami miliki sendiri, yaitu di Marvel, Lotte, dan Cito,” terang bapak dua anak tersebut.
Saat ini Pentol Edan memiliki lima varian isi. Yakni, orisinal, pedas, keju, sosis, dan daging. Harganya Rp 12–15 ribu per porsi. Artinya, hanya dalam waktu setahun, omzet usaha bersama tersebut mencapai miliaran rupiah.
Topping pentol hingga kini masih dipasok supplier. Ada beberapa variasi yang bisa dinikmati, yakni black pepper, pedas, mayones, pedas manis, serta bolognese. (vir/c21/noe)