Jumat, 2 Juni 2023

Jalur Pansela Terhenti di Ujung Aspal Desa Banjar

- Rabu, 27 April 2022 | 14:13 WIB
BELUM TERSAMBUNG: Batas akhir aspal Pantai Brumbun di jalur Pansela-Tulungagung. Jalur tersebut bakal tersambung dengan pansela Pantai Molang, Kabupaten Blitar. (ALFIAN RIZAL/JAWA POS)
BELUM TERSAMBUNG: Batas akhir aspal Pantai Brumbun di jalur Pansela-Tulungagung. Jalur tersebut bakal tersambung dengan pansela Pantai Molang, Kabupaten Blitar. (ALFIAN RIZAL/JAWA POS)

TAK ada Iwan Fals di ujung aspal itu. Ini memang bukan Pondok Gede. Ini di Desa Banjar dan yang ada adalah Erwin Haris.

”Lebih baik kembali kalau tidak biasa lewat jalur itu. Itu jalur menuju Munjungan,” kata sopir truk engkol itu mewanti-wanti Jawa Pos.

Dari Lebak, Banten, sampai Wonogiri, Jawa Tengah, jalur pansela sudah tersambung. Berlanjut ke Pacitan di Jawa Timur. Sayangnya, kemudian terhenti di ujung aspal di Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, tersebut.

”Sudah 20 tahun seperti itu,” kata Bunyamin, warga Desa Banjar.

Pada Sabtu dua pekan lalu itu (16/4), jalur yang ada di hadapan kami terbelah dua. Seharusnya, jalur pansela berlanjut ke rute yang lurus.

Tapi, ada bukit menghadang di depan sana. Pernah coba dibelah, tapi kemudian kena longsor dan sampai sekarang belum jelas lagi kapan akan berlanjut.

Jalur satunya lagi yang belok ke kiri menuju Munjungan. Dari sana, melewati Kecamatan Kampak, nanti bisa menyambung ke Prigi, pantai terkenal di Trenggalek, tempat jalur pansela kembali berlanjut.

Tapi, itu tadi, jalurnya sempit dan menanjak. Erwin menggambarkan seberapa ekstremnya rute tersebut dengan menyebut jika ada yang mendapat undangan ke Munjungan, yang diundang lebih memilih mencari sopir asli Munjungan untuk mengantarkan.

”Karena bagi yang tidak biasa melewati, berbahaya sekali,” ujarnya.

Padahal, sebelum berujung di Desa Banjar, perjalanan melintasi pansela Pacitan–Trenggalek, jalur pansela pertama di Jawa Timur yang tuntas, sangat memanjakan mata. Pantai elok, hamparan sawah menghijau, bergantian tersaji.

Sejak memasuki Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, kami disambut Pantai Direng dan Puncak Beban Gede. Tak berselang lama, deretan pantai mendorong kami untuk berhenti. Mulai dari Pantai Tamengan, Pantai Idakan, Pantai Watu Bale Pacitan, hingga Pantai Soge. Dengan fasilitas publik yang umumnya memadai.

Ada satu titik tempat peristirahatan sementara di atas Bukit Cagak Telu, Kecamatan Sudimoro, Pacitan. Kami sempat berhenti dan beristirahat sejenak menikmati betapa eloknya pemandangan Pantai Daki.

Rayuan pantai selatan tak rampung di Pacitan. Berlanjut di Trenggalek. Ada Pantai Pelang, Pantai Penang, dan Pantai Konang, di antaranya.

Seperti juga jalur pansela dari Banten sampai Jawa Tengah, jalur di Pacitan–Trenggalek juga sebaiknya digunakan untuk perjalanan pagi hingga sore. Perlu banyak pertimbangan jika hendak melintas saat malam. Sebab, selain tak dapat menikmati indahnya pansela Pacitan hingga Trenggalek, penerangan jalan terbilang minim.

”Karena itu, dari Blitar selalu melintas pagi. Kalau sore sampai malam, penerangan minim. Adanya hanya di beberapa tikungan,” kata Bambang Susanto, warga Blitar Kota, saat bertemu Jawa Pos di Pantai Konang, Trenggalek.

Karena terhenti di ujung aspal Desa Banjar dan lewat Munjungan terlalu berbahaya, Jawa Pos memutar melewati Kota Trenggalek untuk menuju ke Prigi. Di Prigi yang masuk Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo itu, kondisi jalan cukup meliuk-liuk melintasi bukit dan lembah.

Sesampai di pantai penangkapan ikan itu, trace jalur pansela sudah tampak. Tapi, mayoritas masih makadam alias belum diaspal.

Santoso, staf lapangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, mengatakan bahwa pembukaan jalur pansela di Prigi dimulai awal Januari 2020 yang dilakukan secara bertahap. Sisa-sisa pembukaan jalan itu tampak dari adanya peledakan bukit terakhir pada 24 Maret lalu.

Dia menambahkan, jalur kawasan Tasikmadu itu nanti menghubungkan dengan Pantai Klatak dan Pantai Gemah di Tulungagung, kabupaten tetangga Trenggalek.

Namun, saat ini karena masih tahap pembangunan dan pemadatan tanah, jalur menuju dua pantai di Kota Seribu Warung Kopi itu harus memutar. ”Mungkin tahun ini mulai pengaspalan,” ungkap Santoso.

Editor: Ilham Safutra

Tags

Terkini

X