JawaPos.com - Wiljan Pluim langsung memeluk rekan-rekannya sambil menangis setelah wasit Thoriq Alkatiri meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya laga PSM Makassar melawan Madura United tadi malam di Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan, Pamekasan. Tangisannya makin menjadi ketika pelatih PSM Bernardo Tavares memeluknya. ’’Champion, champion,’’ teriaknya bersama Tavares.
Ya, sebagai kapten dan salah satu pemain terlama di PSM (sejak 2016), pertandingan melawan Madura United tidak akan pernah dilupakannya. Dia berhasil membawa PSM jadi juara Liga 1 musim 2022–2023. Mempersembahkan gelar liga yang sudah dinanti-nantikan selama 23 tahun.
Hasil itu didapat setelah tim Ayam Jantan dari Timur berhasil mengalahkan tuan rumah Madura United dengan skor 3-1. PSM menahbiskan diri menjadi juara meski masih menyisakan dua pertandingan.
Makin istimewa bagi Pluim karena tadi malam pemain asal Belanda itu jadi pahlawan kemenangan PSM dengan memborong dua gol. Masing-masing pada menit ke-4 dan 10. Satu gol lain dicetak oleh Kenzo Nambo pada menit ke-48. Sedangkan Madura United hanya mencetak satu gol melalui Hugo Gomes (51’).
Gelar juara yang diraih PSM nyaris tanpa kontroversi. Meski ’’terusir’’ dari Makassar dan bermarkas di Stadion B.J. Habibie, Parepare, juara Piala Indonesia 2018–2019 itu tampil konsisten dan selalu mendapat support penuh dari pendukung setianya.
Tanpa menafikan peran yang lain, pelatih Bernardo Tavares bisa dibilang menjadi sosok penting di balik keberhasilan PSM menjadi kampiun Liga 1 musim ini. Pelatih dengan segudang pengalaman asal Portugal itu berhasil memadukan pemain-pemain muda hasil binaan internal klub dengan beberapa pemain berpengalaman. Kuat dalam bertahan dan efektif saat menyerang.
Baca Juga: Dilantik Jadi Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto Bilang Begini
Tavares mengungkapkan, gelar juara Liga 1 musim ini sebelumnya tak pernah ada dalam bayangannya. Tidak pernah jadi targetnya. Sebab, saat datang, dirinya hanya diminta manajemen PSM untuk menjadikan tim lebih baik dari musim sebelumnya.
’’Tidak ada yang percaya kepada kami di awal musim. Tapi, dengan banyaknya kesulitan, mulai fasilitas dan banyak hal, itu kian membuat kami kuat,’’ tegasnya.
Ya, di musim sebelumnya, performa PSM jauh dari memuaskan. Banyak berkutat di zona bahaya dan mengakhiri kompetisi di peringkat ke-14.
Baca Juga: Menko Muhadjir: Pemerintah Evaluasi Super Tax Deduction
Pelatih 42 tahun itu mengaku masih ingat bagaimana ketika dirinya bergabung PSM pada awal April 2022 lalu. Tanpa ada tim, tanpa tempat latihan, dan tidak punya stadion.
’’Kami kesulitan melakukan uji coba. Di AFC, kami mencoba pemain. Segala kesulitan itu yang membuat kami kuat,’’ paparnya.
Artikel Terkait
Muhammad Ferarri, dari Timnas U-20 Kembali Fokus Bersama Persija
Personel Timnas U-20 Akui Kesal dengan Ganjar
Timnas U-20 Ingin Buktikan Bisa Lolos Pildun dengan Keringat Sendiri
Pemain Timnas U-20 Bicara Nasib Karirnya jika Indonesia Terkena Sanksi FIFA