JawaPos.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini berpeluang melemah yang disebabkan oleh tekanan global. Mengutip kurs tengah Bank Indonesia, mata uang Garuda tersebut bertengger di level Rp 14.269 per dolar AS.
Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh yield obligasi pemerintah AS kembali menunjukkan kenaikan. Kenaikan yield tersebut sebagai bentuk sikap pelaku pasar terhadap kebijakan moneter AS.
“Hari ini potensi pelemahan rupiah ke kisaran 14.300-14.320, dengan potensi support di kisaran 14.250,” ujarnya saat dihubungi oleh JawaPos.com, Rabu (29/09).
Ariston menjelaskan, Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menyentuh level tinggi baru sejak 17 Juni 2021 di 1,55 persen. Kenaikan yield ini sebagai antisipasi pelaku pasar terhadap peluang tapering yang akan dilakukan di akhir tahun ini dan kemungkinan percepatan jadwal kenaikan suku bunga acuan AS.
“Ini mendorong penguatan dolar AS,” ucapnya.
Selain itu, Ariston menambahkan, pelemahan rupiah juga merespon penurunan indeks saham Asia pagi ini yang mengekor penurunan dalam indeks saham AS semalam. Hal itu juga menambah tekanan ke nilai tukar emerging termasuk rupiah.
“Pelaku pasar terlihat berupaya keluar dari aset berisiko. Ini juga kelihatannya imbas dari ekspektasi tapering tersebut,” pungkasnya.