Sudut favoritnya berada di dekat lokasi pembakaran sate. Saking seringnya mampir ke warung tersebut, Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri jarang minta sterilisasi area lebih dulu. Duduk, bersantap, menikmati kelapa muda, lalu pulang.
MARIYAMA DINA, Klungkung
---
SATE lilit adalah makanan khas tradisional Bali. Di Denpasar dan wilayah Bali lainnya, tidak sulit menemukan penjual olahan daging berbumbu yang dibakar dulu sebelum disajikan tersebut. Tapi, Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan tidak sama. Ada yang unik pada rasanya. Dibandingkan sate lilit yang lain, resep kreasi mendiang I Nengah Sada itu menghasilkan olahan yang sangat gurih dan tahan lama.
Komang Yunianti, anak ketiga Nengah, mengatakan bahwa sate lilitnya tidak dibalut dengan kelapa. Padahal, kelapa menjadi salah satu bahan penting dalam racikan sate lilit Bali. Warung yang terletak di Kabupaten Klungkung itu memilih tidak mencampurkan kelapa agar bisa lebih tahan lama. Selain itu, tanpa kelapa, rasa ikan menjadi lebih terasa. Ikan memang bahan baku utama sate lilit.
”Jadi, misalnya ada yang ingin disimpan sampai besok pagi gitu masih akan awet. Tanpa dimasukkan kulkas juga masih awet,” jelas Komang saat ditemui Jawa Pos di warungnya pada pertengahan Desember lalu.
Dia mengakui bahwa pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM berdampak serius pada warungnya. Sebab, pariwisata Pulau Dewata juga tergulung virus yang terus bereplika menjadi varian baru tersebut. Dulu, sebelum pandemi, warung yang dikelola Komang itu bisa menghabiskan 100 kilogram sate. Sedangkan untuk sup ikan, daging yang dibutuhkan bisa mencapai 100 kilogram per hari.
Sebenarnya, apa keistimewaan sate lilit Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan? Mengapa Megawati bisa sampai langganan?
Pagi menjelang siang itu, Jawa Pos memesan satu set sate lilit. Yang hadir kemudian adalah sate lilit, sate tusuk, pepes ikan, sup ikan, pelecing, kacang goreng, sambal bawang atau sambal matah, dan nasi. Sup ikan yang disebut-sebut sebagai favorit Megawati itu langsung menarik perhatian. Supnya tersaji dalam mangkuk kecil. Wadah yang cekung itu menjaga kehangatan sup ikan. Sup memang paling nikmat disantap saat masih hangat.
Rasa pedas muncul bergantian dengan khas bumbu rempah ketika kuah sup mampir di mulut. Sensasi yang sama juga hadir ketika sate lilit mulai digigit. Aroma khas daging yang dibakar juga menggugah selera. Ada begitu banyak kesenangan yang tersaji di atas meja makan hanya dengan memesan satu set sate lilit. Dijamin kenyang.
”Bu Mega di sini paling suka sup ikannya. Bisa nambah sampai tiga kali biasanya,” ungkap Komang. Selain sup ikan, menurut dia, presiden perempuan pertama RI itu juga menyukai kacang goreng buatan warungnya. ”Sekitar 3–5 kilogram kacang biasanya dibawa ke kota buat oleh-oleh,” imbuhnya.
Soal minuman, Megawati selalu konsisten. Yang dia pesan sejak masih menjadi pelanggan baru adalah teh. Teh di dalam botol dan air hangat. Dua macam minuman itu yang selalu dipesan Megawati. Sebagai dessert, putri proklamator RI itu memesan kelapa muda.
Perkenalan Megawati dengan sate lilit Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan terjadi pada 2005. Ketika itu masih Nengah yang menjadi juru masak. Istri dan anak-anak Nengah, termasuk Komang, sekadar membantu. Namun, karena generasi berikutnya bisa mempertahankan olahan dan rasa sate lilit seperti saat ditangani langsung oleh Nengah, Megawati tetap saja selalu singgah ke sana jika sedang berada di Bali.
”Nggak bisa dihitung lagi sudah berapa kali Bu Mega ke sini,” ujar Komang. Dulu, sebelum pandemi, sebulan bisa berkunjung lebih dari satu kali.
Kini, dengan banyaknya pembatasan, Megawati lebih sering memesan sate lilit untuk dibawa ke kediamannya. ”Dulu pernah pesan 2 kilogram. Sup ikan sama sate lilitnya. Lalu dimasak sendiri di rumah. Biasanya kalau segitu bisa untuk dua pekan,” terang Komang.

-
Suatu ketika, Komang dan timnya pernah diusung ke lokasi kongres PDI. Sebab, Megawati terlalu sibuk dan tidak sempat meninggalkan lokasi kongres untuk sekadar menyantap sate lilit. ”Kami yang diminta datang ke lokasi dan membakar satenya langsung di sana,” kenang Komang.
Kunjungan rutin Megawati ke warung, menurut dia, selalu terjadi setelah Idul Fitri. Dia hampir selalu datang ke warung pada jam makan siang. Pemberitahuan resmi bahwa Megawati akan mampir ke warung terbit pada hari H. Hanya beberapa jam sebelum kunjungan terlaksana. ”Tidak semua tempat di-booking. Hanya beberapa deret yang dekat tempat duduk favorit beliau,” lanjut Komang.
Sudut favorit Megawati berada pada ujung paling kiri, mepet tembok. Lokasi itu bersebelahan langsung dengan area pembakaran sate. Megawati selalu memilih duduk lesehan di situ. Area VIP di warung malah tidak pernah dia lirik. ”Ini nggak pernah berubah dari beliau datang kali pertama ke sini,” terang Komang.
Di tempat favoritnya itu, Megawati akan duduk bersama tamu yang menjadi tujuan lawatannya ke Bali. Sementara itu, anggota rombongannya yang lain bebas memilih tempat duduk. Kedatangan Megawati juga tidak diawali dengan sterilisasi lokasi. Bahkan, pengunjung lain tetap boleh datang dan bersantap di warung yang berdiri sejak 1990-an tersebut.