Gus Yahya: Keinginan Dirikan Khilafah Picu Kekacauan Global

PBNU Inisiatori Fikih Baru yang Lebih Damai
7 Februari 2023, 12:43:44 WIB

JawaPos.com – Kiprah Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya diakui di dalam negeri. Di panggung internasional, organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia itu juga sering menorehkan sejarah.

Misalnya pembentukan Komite Hijaz yang dibidani KH Wahab Hasbullah pada 1926. Komite tersebut bertugas melakukan diplomasi dengan Raja Ibnu Saud di Hijaz (Arab Saudi).

Salah satu tujuannya ialah meminta kemerdekaan bermazhab di Arab Saudi. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz, aspirasi umat Islam Indonesia yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah diterima Raja Ibnu Saud.

Kini kiprah NU makin diakui di dunia. Saat peringatan Harlah 1 Abad NU, apresiasi mengalir dari tokoh-tokoh dunia. Di antaranya disampaikan Wakil Imam Besar Al Azhar Kairo Muhammad Al-Dhuwaini. Dia datang ke Surabaya untuk menerima penghargaan dari NU. Selain itu menjadi pembicara pada Muktamar Internasional Fikih Peradaban.

Setelah mengikuti pembukaan muktamar kemarin, Muhammad Al-Dhuwaini diterima Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Pada kesempatan itu, Al-Dhuwaini menyampaikan beberapa hal. Antara lain permohonan maaf karena grand syekh Al Azhar tidak bisa hadir. Dia juga berterima kasih atas anugerah yang diberikan oleh NU. ”Izinkan kami sampaikan bahwa pemikiran NU adalah pemikiran mulia,” katanya.

Menurut Al-Dhuwaini, pemikiran NU menggunakan metodologi yang sudah teruji. Bagi dia, ada persamaan antara pemikiran NU dan fikih di Al Azhar Kairo. Karena itu, dia berharap kerja sama antara NU dan Al Azhar, termasuk pemerintah Indonesia dengan Al Azhar, ke depan makin ditingkatkan.

Al-Dhuwaini juga menyinggung soal pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di kampus Al Azhar Kairo. Secara latar belakang, pelajar Indonesia di Al Azhar Kairo ada juga yang dari keluarga NU. Menurut dia, mahasiswa Indonesia di Al Azhar mendapatkan tempat khusus di hati para guru besar di sana. Sebab, mahasiswa dari Indonesia memiliki kualitas akademik yang bagus. Selain itu, perilakunya juga bagus. Dia mendukung jika ke depan skema pengiriman mahasiswa Indonesia ke Kairo ditingkatkan kualitasnya.

Ma’ruf Amin menyampaikan, Al Azhar Kairo memang menjadi salah satu tujuan utama mahasiswa Indonesia. Saat ini terdapat lebih dari 10.300 mahasiswa yang kuliah di kampus Islam tertua di dunia itu. ”Tahun ini lebih dari 170 mahasiswa Indonesia mendapatkan beasiswa kuliah di Al Azhar,” katanya.

Apresiasi terhadap NU juga datang dari delegasi Muhammad bin Zayed University for Humanities Uni Emirat Arab (UEA) Dr Maryam Al-Zaidi. ”Konferensi ini sangat penting dan masya Allah, banyak kata-kata bijak yang kita dengar dari kegiatan ini,” katanya kemarin.

Maryam mengakui tentang masifnya persoalan intoleransi dan koeksistensi di berbagai belahan dunia. Karena itu, dia menyampaikan bahwa forum serupa Muktamar Internasional Fikih Peradaban sangat perlu digelar. Dia juga mengaku salut kepada NU yang berhasil mempertemukan delegasi dari dalam maupun luar negeri.

Wakil presiden juga mengatakan bahwa muktamar fikih peradaban sangat penting. ”Fikih yang selama ini dibuat mungkin sudah berusia 100 tahun. Tantangan yang dihadapi juga (masalah) 100 tahun lalu,” katanya. Padahal, kondisi saat ini berbeda. Persoalan masyarakat juga kian beragam. Karena itu, dibutuhkan kajian fikih terbaru.

Ma’ruf mencontohkan, pada masa lalu sering terjadi peperangan. Sedangkan saat ini kondisi masyarakat sudah berbeda. Karena itu, umat membutuhkan kajian fikih baru atau kontemporer. Sehingga bisa menyelesaikan persoalan dunia seperti kerusakan lingkungan, peperangan, dan persoalan lain. Salah satu yang dibahas dalam muktamar itu adalah peran PBB. ”PBB itu, menurut fikih lembaga seperti apa,” katanya.

Geopolitik Global

DELEGASI INTERNASIONAL: Sejumlah perwakilan tokoh agama dari berbagai nengara menghadiri pembukaan Muktamar Internasional Fikih Peradaban 1 kemarin (6/2). (DIPTA WAHYU/JAWA POS)

Pergelaran akbar Muktamar Internasional Fikih Peradaban berlangsung monumental kemarin (6/2). Kegiatan di Ballroom Hotel Shangri-La Surabaya itu dibuka Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Ajang tersebut dihadiri 80 ulama dari 23 negara.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf berharap Muktamar Internasional Fikih Peradaban bisa menjadi kegiatan rutin dari tahun ke tahun. ”Ini langkah awal. Kita ingin ada muktamar kedua, ketiga, dan seterusnya,” kata Gus Yahya, sapaannya.

Melalui pertemuan ulama dari berbagai negara, jelas Gus Yahya, muktamar menghasilkan solusi. Islam harus sungguh-sungguh hadir sebagai bagian dari solusi masalah. Sebagai penyelesaian masalah. ”Dan tidak dianggap sebagai bagian dari masalah,” tuturnya.

Menurut Gus Yahya, pergelaran internasional itu bisa menjadi tindak lanjut dari forum pemimpin agama-agama di seluruh dunia dalam forum R20 pada November 2022. Dalam forum itu dicapai sejumlah kesepakatan. Salah satunya, para pemimpin agama sepakat untuk membangun gerakan bersama untuk mewujudkan dunia yang lebih damai dan harmonis.

Sejak itu, jelas Gus Yahya, komunitas agama di seluruh dunia mulai bekerja. Tujuannya mengupayakan inisiatif-inisiatif solusi dari perspektif agama masing-masing. ”Hari ini NU menginisiasi satu upaya dari sisi Islam bagi sumbangan sebagai perjuangan mewujudkan peradaban masa depan manusia yang lebih mulia, damai, dan harmonis,” tegasnya.

Ketua Lakpesdam PBNU KH Ulil Abshar Abdalla menerangkan, sejumlah persoalan dibahas dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban. Salah satu yang urgen terkait dengan ancaman terhadap perdamaian global. ”Harmoni global terancam oleh aktor yang dilakukan negara,” katanya.

AKRAB: Sinta Nuriyah (kiri) didampingi Yenny Wahid berbincang dengan tokoh NU Banjarmasin KH Muhammad Ramli di sela pembukaan Muktamar Internasional Fikih Peradaban kemarin (6/2). (DIPTA WAHYU/JAWA POS)

Saat ini, imbuh Gus Ulil (sapaannya), ada negara unilateral yang melakukan invasi dan penyerangan ke negara lain. Tanpa mengindahkan aturan bersama yang diatur oleh lembaga multilateral atau PBB. Terkait persoalan global itu, NU memandang tokoh agama bisa memainkan peran. ”Kita ingin tokoh-tokoh agama terlibat aktif dalam membicarakan isu global,” ucapnya.

Termasuk membahas kedudukan PBB dalam kacamata fikih. Menurut Ulil, hal tersebut penting karena banyak sekali konvensi atau kesepakatan dalam PBB yang bisa memengaruhi kehidupan umat Islam. Salah satunya terkait penghapusan kekerasan terhadap perempuan. ”Apakah kesepakatan itu mengingatkan umat Islam atau tidak?” ujarnya.

Persoalan lain yang dibahas adalah pandangan ulama atas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, jelas Afifuddin, masih ada saja kelompok Islam yang merindukan lahirnya kembali negara khilafah Islamiyah. Nah, para ulama dalam forum fikih peradaban kemarin sepakat bahwa negara bangsa adalah sah. ”Tentu dalam pandangan para kiai dan ulama sah,” katanya. Hanya, sambung dia, argumen hukum syariah harus dirumuskan agar bisa disampaikan ke publik dari sudut fikih dan Islam.

Gus Yahya juga menyampaikan makalah terkait pentingnya merumuskan dasar-dasar hukum fikih baru untuk menciptakan perdamaian dan harmoni global. Dia menyinggung keinginan sebagian kalangan Islam untuk mendirikan negara khilafah.

Gus Yahya menilai kondisi itu tidak lagi tepat untuk situasi saat ini. Sebab, situasi global sudah berubah total. Dia khawatir, jika keinginan mendirikan khilafah diteruskan, akan ada potensi kekacauan global. ’’Tentu tidak tepat untuk situasi sekarang,’’ terangnya.

Nah, berbagai pandangan ulama itu bakal terangkum dalam Deklarasi Tekad 1 Abad NU. Itu akan dibacakan hari ini di GOR Delta Sidoarjo. Menurut KH Ulil Abshar Abdalla, tekad tersebut menjadi visi NU ke depan untuk membangun tata dunia yang lebih damai. ’’Ini akan menjadi rekomendasi bagi dunia global,’’ ujar Ulil.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : wan/mar/c9/c18/oni

Saksikan video menarik berikut ini:

Alur Cerita Berita

Lihat Semua

Close Ads