Berkat berbagai platform pemutar musik dan media sosial, anak-anak milenial dan generasi Z familier dengan lagu-lagu pop atau dangdut berbahasa daerah. Salah satu grup yang punya nama adalah Guyon Waton.
---
MESKI mengusung nama Guyon (bercanda atau main-main), nyatanya keenam personel tak main-main dalam berkarya. Berawal dari sekadar iseng-iseng meng-cover lagu pop atau dangdut Jawa untuk ngegombal, kini Guyon Waton sudah punya sejumlah single orisinal. ”Sekarang malah beberapa penyanyi idola kami yang meng-cover. Misalnya, Mbak Via Vallen sama Nella Kharisma,” ujar sang vokalis Faisal Bagus Ibrahim saat dihubungi Jawa Pos Sabtu siang (22/8).
Popularitas Faisal dan kawan-kawan bahkan juga sampai ke kalangan pendengar terkini. Yakni, anak-anak SMA hingga mahasiswa. Alias, generasi Z yang lahir sejak akhir 90-an sampai awal 2000-an. Buktinya, beberapa kali Guyon Waton menjadi headliner di pentas seni SMA. ”Lah wong yang ngerti kami itu justru murid-muridnya dulu ketimbang gurune (gurunya, Red),” ujar Bagus, lantas terkekeh.
Guyon Waton memang mengambil garis start yang tepat. Terbentuk pada 2015, mereka tak sekadar nongkrong dan berdendang di sebuah warung bakso di Temon, Kulonprogo. Supaya lebih kekinian dan ada arsipnya, enam sahabat yang juga bertetangga itu mengunggah video cover singkat di YouTube dan Instagram. Apalagi, saat itu dua platform tersebut sedang digemari pengguna milenial. Termasuk keenam personel yang kini masih berusia di bawah 30 tahun.
Tak disangka, cukup banyak generasi milenial dan Z yang menikmati lantunan tembang pop dan dangdut Jawa Guyon Waton. Hal tersebut membuat keenam personel berinisiatif mempunyai lagu sendiri. ”Tapi, kami nggak mau jauh-jauh dari lagu patah hati yang sering kami cover,” ujar Ahmad Arifin, sang gitaris.
Selain karena jenis lagu seperti itu lebih mudah diterima, lagu sedih dipilih karena alasan pribadi para personel. Meski kini keenam personel sudah berpasangan (ada yang menikah dan ada yang masih pacaran), mereka toh tak luput dari masalah asmara. Yes, keenam personel merupakan barisan patah hati yang pernah mencecap pahitnya menjadi Korban Janji, Sebatas Teman, dan Ajur Mumur.
Karena sudah tahu pahitnya patah hati, Arifin mengungkapkan bahwa hampir semua lagu yang dibawakan, baik cover maupun orisinil, merupakan curahan hati pengalaman para personel. Mereka juga sesekali menyumbang ide dalam proses kreatif pembuatan lagu. ”Kalau bikin lagu bahagia, kok angel (sulit) ya. Aku ora tahu bahagia, hahaha,” seloroh gitaris 26 tahun itu.
Selain lirik yang bisa menyentuh banyak orang, kekuatan Guyon Waton berada pada konsep kawin genre. Di paro pertama atau awal lagu, akan disuguhi alunan musik pop atau akustik, akar bermusik Guyon Waton kala menjadi musisi warung bakso. Lantas, memasuki tengah lagu, gelombang dangdut mulai menyerbu. Semua berkat hentakan gendang Andreas Wahyu dan backing vocal ”ha-e ha-e” dari sesama personel.
Para penonton menjadi sumber energi bagi Guyon Waton. Setiap kali manggung, ada saja tingkah penonton yang bikin kangen. ”Nggak hanya njoget. Wong pernah ada yang nangis kok dan akeh-akeh lanang sing nangis (kebanyakan laki-laki yang nangis, Red),” kata Ferry Widyatmoko, gitaris kedua.
Selain daya tarik audio berupa lagu, Guyon Waton secara penampilan ogah berdandan berlebihan. Mereka cenderung tampil mengenakan jas, kemeja, jins, dan sepatu sporty. Fresh dan youthful, sesuai dengan target pendengar mereka.
---
TENTANG MEREKA
- Kali pertama mendapat tawaran manggung di kafe pada 2018 di Bantul berkat ajakan seorang follower. ”Dibayar gorengan sama es teh, hahaha,” ujar Arifin.
- Dalam sebulan, sebelum pandemi, rata-rata punya 10 jadwal manggung.
- Kini punya satu studio di Kulonprogo untuk latihan.
- Setelah itu, honor jadi berkisar di angka Rp 5 juta. Angkanya terus naik dan sekarang sudah dua digit setiap tampil. ”Detailnya tanya manajemen saja,” kata Bagus.
Saksikan video menarik berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=TjIgpbksciU