JawaPos.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang terus berupaya menggerakkan perekonomian daerah melalui pariwisata. Salah satunya dengan menggenjot kuantitas event wisata dan seni budaya berbasis komunitas. Selain itu, juga melalui kehadiran kampung tematik di Malang.
Untuk itulah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang awal 2018 ini membentuk enam kelompok sadar wisata (pokdarwis) di lokal-lokal destinasi wisata Kota Malang. Keenam pokdarwis tersebut yakni, Pokdarwis Kampung Putih Klojen, Kampung Tridi Kesatrian, Kampung Warna Warni Jodipan, Kampung Keramat Kasin, Kampung Budaya Polowijen, serta Kampung Religi Gribig.
“Keenam pokdarwis ini menambah dua yang sudah ada sebelumnya, yakni Pokdarwis Kampung Tempe Sanan dan Kampung Keramik Dinoyo,” ujar Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni, Sabtu (13/1). Dia menjelaskan, nantinya pokdarwis tersebut akan mendapat program khusus dari dinas. Terutama untuk mendorong dan memotivasi masyarakat menjadi tuan rumah yang baik.

Selain itu juga program-program peningkatan pengetahuan dan wawasan anggota pokdarwis soal kepariwisataan. Utamanya, meningkatkan kreativitas komunitas lokal untuk membuat event wisata yang menarik kehadiran pengunjung. “Tahun 2017 lalu kami mendapat PR (pekerjaan rumah) dari Kementerian Pariwisata untuk menambah kuantitas event wisata,” ujar wanita yang akrab disapa Dayu itu.
Dayu menguraikan, event wisata merupakan salah satu faktor pendukung pengembangan Malang Raya sebagai destinasi wisata andalan Indonesia. Sepanjang 2017 lalu, Disbudpar Kota Malang mencatat ada 35 event wisata yang dihelat. “Nanti setelah ada pokdarwis di tiap-tiap kampung tematik, kami harap bisa menggarap event wisata. Diharapkan dengan bertambahnya event, bertambah pula tingkat kunjungan ke Kota Malang,” terangnya.
Sebagai perbandingan, lanjut Dayu, pada 2017 lalu Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan 72 event wisata. Artinya, dua kali lipat lebih banyak dibanding di Kota Malang. “Semakin banyak tingkat kunjungan, juga bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui wisata,” terangnya.
“Pariwisata memegang peranan penting karena dari sektor pariwista berada di urutan keempat untuk pemasukan PAD ke Kota Malang. Artinya, pariwisata menjadi sebuah prioritas,” terangnya. Meski demikian, Dayu tidak merinci nominal PAD yang disumbangkan. Sebab menurutnya, pariwisata menggenjot sektor lain seperti tingkat hunian hotel, konsumsi wisatawan, dan lain-lain.
Menurut Dayu, keterlibatan masyarakat sangat penting. Karena yang menjadi penggerak utama wisata di setiap destinasi justru dari masyarakat setempat. Terlebih, tipe destinasi wisata di Kota Malang adalah kampung-kampung tematik yang bersinggungan langsung dengan lingkungan tinggal warga. “Itu kenapa perlu ada keterlibatan masyarakat sebagai stakeholder pariwisata. Untuk memaksimalkan pariwisata perlu dibuat kepengurusan disetiap kelurahan,” terang Dayu.
Sementara itu, Kasi Promosi Pariwisata Disbudpar Kota Malang Agung Bhuwana mengatakan, pada tahun 2017 lalu jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara mengalami peningkatan 5-8 persen dibanding tahun lalu. “Saat ini kunjungan wisata domestik ada sekitar 3,9 juta. Sedangkan mancanegara ada 10 ribu an,” ujarnya
Agung menyampaikan, rata-rata kunjungan wisatawan didominasi oleh keluarga dan pelajar. Menurutnya, hal itu seiring dengan peran masyarakat di dalam menyediakan menu baru dalam destinasi wisata. “Contohnya, kalau di Kota Malang kampung warna warni sudah cukup dikenal, dan sekarang sudah ada menu lagi yakni jembatan kaca,” kata dia.
Di sisi lain, Ketua Pokdarwis Kampung Budaya Polowijen Isa Wahyudi mengatakan, pembentukan pokdarwis di bawah binaan dinas tersebut akan berpengaruh besar. “Selama ini kami menyelenggarakan acara dan promosi secara sederhana, amatiran. Juga belum ada gebyar besar yang mumpuni karena butuh sarana dan prasarana yang cukup besar,” ujar Isa.
Di kampung yang mengedepankan lokalitas topeng Malangan itu, lanjut dia, sudah beberapa kali digelar event wisata. Namun jumlah kunjungannya masih didominasi wisatawan lokal Kota Malang dan kota sekitar. “Saat ini kami orientasi memang dalam waktu satu atau dua tahun bisa melakukan pementasan dengan skala nasional atau internasional,” pungkasnya.