Turun-temurun Koki Kuah Beulangong

24 April 2022, 06:34:05 WIB

WARUNG Nasi Kambing Lem Bakrie tidak hanya khas karena menghidangkan masakan tradisional Aceh. Namun, cara rumah makan itu menyajikan menu yang bervariasi dan membiarkan pelanggan memilih kesukaannya juga khas.

Budayawan Aceh yang akrab disapa dengan nama Cek Midi menyatakan, menyuguhkan beragam masakan di atas meja adalah tradisi. Itu juga menjadi lambang masyarakat Aceh yang toleran. ”Jadi, selalu ada pilihan,” katanya kepada Jawa Pos beberapa waktu lalu.

Menyuguhkan banyak pilihan, lanjut dia, tumbuh dari kesadaran masyarakat Aceh bahwa makanan adalah soal selera. Sangat wajar jika setiap orang punya pilihan yang tidak sama. Bisa jadi itu disebabkan subjektivitas lidah. Tetapi, bisa juga ada alasan-alasan kesehatan tertentu. ”Orang Aceh berjiwa sosial tinggi. Termasuk dalam hal makanan,” ujar Cek Midi.

Dia menjelaskan, Warung Nasi Kambing Lem Bakrie menghidangkan kuliner lintas kultur di atas meja. Ada olahan boga bahari yang mewakili masyarakat pesisir, ada daging-dagingan yang mencerminkan masyarakat pegunungan, dan ada pula kuah beulangong yang netral. ”Yang tak biasa makan daging bisa mengambil menu lain. Di situ ada ikan dan lain sebagainya. Jadi, selalu ada solusi di atas meja makan,” terangnya.

Tentang kuah beulangong yang netral, Cek Midi menegaskan bahwa masakan itu termasuk sakral di Aceh. Biasanya, kuah beulangong hanya disuguhkan dalam acara-acara khusus. Misalnya, hajatan atau perayaan hari-hari keagamaan. ”Semua orang Aceh mengenal makanan itu. Kuliner paling favorit karena dibuat secara khusus. Kokinya pun tidak sembarangan, biasanya turun-menurun, ya,” tandasnya.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : far/c14/hep

Saksikan video menarik berikut ini:

Alur Cerita Berita

Lihat Semua

Close Ads