Muktamar nu

Wali Kota Surabaya menyatakan kesiapannya menjadi tuan rumah muktamar dan peringatan 1 abad lahirnya Nahdlatul Ulama di Kota Surabaya

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar akhirnya buka suara tentang polemik rangkap jabatan sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Alhamdulillah, Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) telah terlaksana dengan sejuk, berkualitas, dan bermartabat.

Sudah 12 tahun sejak 30 Desember 2009, Gus Dur meninggalkan kita semua. Namun, tokoh yang bernama KH Abdurrahman Wahid itu senantiasa hadir di hati dan pikiran.

Wali Kota Surabaya ingin Kota Surabaya menjadi tuan rumah tempat penyelenggaraan Muktamar NU ke-35 dan menjadi tempat napak tilas lahirnya NU

MUKTAMAR Ke-34 NU di Lampung baru saja berakhir. Persiapan panitia yang serbaringkas di masa darurat pandemi, konflik, dan polarisasi kontestasi.

Di tengah keseruan pemilihan ketua umum PBNU, Muktamar Ke-34 NU juga menghasilkan sejumlah rekomendasi penting.

Kota Bandar Lampung tak lagi riuh. Jalanan kota itu tak lagi padat. Muktamar ke-34 NU telah selesai. Ribuan peserta dan penggembira telah pulang kampung.

Gelaran Muktamar NU di Lampung tak hanya memilih pucuk pimpinan. Tapi juga isu yang tak kalah penting, yakni entrepreneurship di kalangan pesantren.

KH Yahya Cholil Staquf selalu menyebut bakal ”menghidupkan” kembali Abdurrahman ”Gus Dur” Wahid, mantan presiden yang juga pernah tiga periode menakhodai NU.

”Kita bersyukur, berbahagia dan bangga, Muktamar berjalan dengan lancar, aman, sukses, berkah, damai, dan membahagiakan semuanya,” ujar Cak Imin.

Usai sudah riuh gelaran Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU), 22-24 Desember, di Lampung, Sumatera Selatan.

Semoga ke depan Nahdlatul Ulama (NU) dapat mengawal transformasi pengembangan kehidupan warga di era digital dan transisi normal baru dari pandemi ke endemi.

Kemeriahan Muktamar Ke-34 NU tak hanya terasa di dalam gedung. Aneka aktivitas di sekitar area muktamar juga memiliki daya tarik tersendiri bagi muktamirin.