Kurs

Testimoni tersebut akan memberikan gambaran sekilas tentang kemungkinan tindakan kebijakan moneter pada Juli.

“Indeks saham Asia terlihat dibuka menguat. Rupiah mungkin bisa menguat hari ini terhadap dollar AS,” kata Ariston.

“Sikap Rusia ini langsung memicu kekhawatiran pelaku pasar keuangan bahwa perang besar akan terjadi dan mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko”.

“Pengumuman ini paling tidak sedikit menurunkan ketegangan antara Rusia dengan NATO,” kata Ariston.

Pelemahan Rupiah masih disebabkan oleh sentimen moneter di AS.

Sentimen dari dalam negeri, Ariston menambahkan, saat ini pelaku pasar juga mewaspadai perkembangan penularan Covid-19.

“Ketegangan geopolitik di Rusia dan Ukraina yang mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko,” kata Ariston.

“Nilai tukar Rupiah masih berpotensi bergerak dalam kisaran 14.300-14.380 hari ini dan masih memiliki potensi pelemahan,” kata analis keuangan Ariston Tjendra.

Data neraca perdagangan Tiongkok bulan November 2021 yang menunjukkan kenaikan ekspor dan impor mungkin memberikan sentimen positif ke aset berisiko.

“Nilai tukar Rupiah mungkin bisa menguat tipis terhadap dolar AS hari ini seiring dengan membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko,” katanya.

Kekhawatiran pasar terhadap perkembangan virus Omicron masih memberikan sentimen negatif ke pasar aset berisiko pagi ini.

Analis Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pelaku pasar akan tertuju pada peristiwa pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral AS Kamis dini hari pekan ini.

Dengan masih terbukanya kebijakan pengetatan moneter AS dalam waktu dekat, penguatan Rupiah bisa jadi tidak akan terlalu dalam hari ini.

Mengutip kurs tengah Bank Indonesia (BI) saat ini posisi rupiah di level Rp 14.217 per USD.

Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) awal pekan ini masih mengalami tekanan akibat sentimen kebijakan moneter global.