JawaPos.com – Berbagai intervensi disiapkan Pemkot Surabaya untuk mengatasi remaja yang terlibat geng. Termasuk nasib pendidikannya. Pemkot memastikan mereka tetap bisa melanjutkan pendidikan hingga tuntas.
Salah seorang gangster yang sempat terciduk, sebut saja Desti, masih mempunyai niat untuk bersekolah. Bocah kelas VIII itu mengaku kapok melakoni kenakalan remaja yang merugikan banyak pihak. Namun, sejumlah kendala dihadapi.
’’Ijazah masih ditahan sekolah karena nunggak Rp 400 ribu. Di SMP mau ikut ujian semester, tapi belum bayar,’’ ujarnya beberapa waktu lalu.
Di sekolahnya, SMP swasta kawasan Mulyorejo, dia harus melunasi tunggakan sebesar Rp 660 ribu. Orang tuanya sudah pisah ranjang. Ditambah, pendapatan ayahnya yang hanya seorang pemotong rumput rasanya tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan itu.
Masalah yang sama dihadapi remaja lain, sebut saja Doni, asal Lakarsantri. Dia sudah putus sekolah. Tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Menuntaskan lewat kejar paket pun akan dilakukannya.
Menindaklanjuti hal itu, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh memastikan akan membantu pendidikan anak-anak tersebut.
Dia mengatakan, pendidikan adalah salah satu cara untuk memperbaiki masa depan mereka. Dengan begitu, nasib mereka ke depan bisa berubah.
’’Pasti kami fasilitasi. Nanti kan hasil outreach oleh camat dan lurah pasti dikoordinasikan dengan kami. Kalau sudah menerima, kami langsung bergerak,’’ katanya.
Dispendik Surabaya juga sudah berkoordinasi dengan setiap sekolah agar guru bimbingan konseling (BK) bisa lebih peka terhadap kondisi siswanya. Disiplin harus diterapkan, misalnya soal konten di HP siswa.
’’Guru pendidikan kewarganegaraan dan agama juga demikian. Melalui bidang mereka, guru bisa membina karakter anak-anak lebih baik lagi,’’ ujarnya.
Tidak bisa dimungkiri, kondisi ekonomi sering menjadi penghambat siswa untuk memenuhi kewajiban mereka ke sekolah. Biasanya itu dialami siswa yang belajar di sekolah swasta.
’’Sekolah-sekolah sebelumnya juga pernah kami minta untuk mendata semua. Siapa-siapa saja siswanya yang masih nunggak. Alhamdulillah, kolaborasi itu berjalan baik,’’ ujar Yusuf.
MELACAK KOMUNIKASI PARA PERUSUH
– Undangan aksi biasanya disebar lewat media sosial.
– Ajakan biasanya disamarkan dengan agenda nongkrong atau kopdar, kemudian berujung aksi konvoi dengan sajam.
– Beberapa pelaku yang sempat terjaring mengaku tidak tahu bila ada aksi yang berujung penyerangan.
– Motif penyerangan adalah menunjukkan keberanian dan geng yang berkuasa.
– Aksi geng dilakukan untuk menunjukkan eksistensi mereka agar bisa bersaing dengan geng lain yang tersebar di luar daerah.
– Beberapa akun media sosial milik anggota geng sudah dikunci dan tidak aktif.