Sabtu, 1 April 2023

Surabaya Langganan Jadi Kota Literasi

- Minggu, 13 November 2022 | 18:41 WIB
STIMULAN: Tiga pendongeng memukau anak-anak dengan gaya bercerita mereka yang atraktif di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Timur bulan lalu. (ROBERTUS RISKY/JAWA POS)
STIMULAN: Tiga pendongeng memukau anak-anak dengan gaya bercerita mereka yang atraktif di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Timur bulan lalu. (ROBERTUS RISKY/JAWA POS)

JawaPos.com - Pemkot Surabaya yakin minat baca masyarakat perlu terus dirangsang. Karena itulah, upaya menyediakan fasilitas mirip perpustakaan tidak pernah berhenti. Yang belakangan sedang populer adalah taman baca masyarakat (TBM) di lingkup RW.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa membaca buku tidak hanya bisa dilakukan di perpustakaan. Saat bermain pun anak-anak sebaiknya tetap bisa mengakses bacaan. Maka, disediakanlah TBM yang menjadi sarana penyedia bacaan di tengah-tengah permukiman. Sejauh ini, Surabaya memiliki 530 TBM.

”Nah, itu kita perbaiki terus. Semua yang berkaitan dengan literasi kita tingkatkan. Fokus kita sekarang menuju ke digitalisasi sistem-sistem yang ada,” ujarnya kepada Jawa Pos.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Surabaya Mia Santi Dewi menjelaskan, TBM disediakan untuk semua kalangan. Meski sasaran utamanya adalah anak-anak, tidak ada batasan umur untuk mengaksesnya. Karena itulah, buku-buku yang disediakan pun beragam.

”Orang tua yang mengantar anaknya ke TBM bisa ikut membaca. Baik itu buku resep, kerajinan, maupun pertanian. Semua ada. Harapannya, dari membaca itu ada ilmu atau inspirasi yang dibawa pulang,” terang Mia kemarin (12/11).

Selain memperbanyak TBM, Pemkot Surabaya meningkatkan literasi masyarakat lewat sayembara dan campaign. Misalnya, sayembara pencarian bibit-bibit penulis dan aktivitas mendongeng. Gerakan Mendongeng dan Menulis Seribu (Gendis Sewu) ibarat inkubator yang menjadi wadah penularan ”virus” literasi. Anak-anak diajak berpikir kreatif dengan menceritakan kembali buku yang mereka baca lewat tulisan.

”Bahkan, kami juga membuat pelatihan mendongeng untuk tunarungu. Kami ingin anak-anak penyandang disabilitas juga bisa mengekspresikan apa yang sudah mereka baca dengan cara mendongeng,” urai Mia.

Pemkot Surabaya juga berupaya menumbuhkan kesadaran literasi lewat sekolah-sekolah. Salah satunya mengajak para guru untuk menulis. Bahkan, ada kerja sama dengan platform penjualan buku online untuk memasarkan karya para guru tersebut. Dengan menggerakkan para guru, pemkot yakin budaya membaca dan menulis itu juga ditirukan para siswa.

”Evaluasi terhadap fasilitas perpustakaan di sekolah juga bagian dari upaya kami meningkatkan literasi. Acuannya adalah standar Perpusnas,” lanjut Mia. Dia menyatakan bahwa pihaknya melakukan evaluasi di semua sekolah. Baik negeri maupun swasta.

Surabaya yang menyandang predikat kota literasi sejak 2014 juga menjadi jujukan para pemburu buku. Khususnya para pemburu buku lawas. Sebut saja Kampung Ilmu di Jalan Semarang atau Pasar Blauran. Dua tempat itu ibarat surga bagi pemburu buku. Bukan hanya buku lawas atau bekas, buku-buku baru pun tersedia di sana.

Editor: Ilham Safutra

Tags

Terkini

Pengamat Unair Komentari Polemik Piala Dunia U-20

Jumat, 31 Maret 2023 | 06:20 WIB

Kebingungan gegara Aki Mobil Soak

Kamis, 30 Maret 2023 | 17:48 WIB

Chrismas Aponno Aniaya Pacar karena Cemburu

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:48 WIB
X