JawaPos.com- Banyak ternak sapi potong di Kabupaten Gresik yang diduga sudah terinfeksi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Namun, sejauh ini hal tersebut tidak berpengaruh kepada para penjual dan konsumen.
Di toko daging milik Haji Salepan di Jalan M.H. Thamrin, Gresik, misalnya. Kemarin, masih tampak ramai pembeli. Setiap hari mulai dini hari, Haji Salepan menjual daging di rumahnya yang juga sebagai toko daging sapi sejak 1998.
Haji Salepan membuka tokonya pukul 02.30 hingga 10.00 WIB. Pembelinya didominasi warga Gresik yang melakukan kegiatan usaha kuliner berbahan dasar daging sapi seperti nasi krawu, bakso, rawon, dan pentol.
Maklum, sapi yang dijual Haji Salepan merupakan daging sapi segar. Saat malam, dia mendatangkan minimal dua ekor sapi dari Paciran, Kabupaten Lamongan, yang kemudian dipotong di RPH Gresik.
’’Dari dua ekor sapi, saya menjual 500 hingga 600 kilogram. Setiap hari saya siapkan untuk para pembeli dan langganan,’’ kata pria 56 tahun itu.
Dia menyatakan, adanya informasi wabah PMK yang merebak di Kabupaten Gresik tidak memengaruhi penjualan dagingnya. Bahkan, dia tetap berjualan seperti biasanya dan tetap ramai. ’’Aktivitas jual beli berjalan normal. Penyakit sapi sejak dulu memang sudah ada,’’ jelasnya.
Untuk itu, dia sekalipun tak ragu menjual daging. Bagi dia, sudah biasanya penyakit pada hewan sapi ada. ’’Selain itu, daging yang dijual selalu habis. Biasanya sekitar pukul 10.00 WIB sudah habis atau toko sudah tutup,’’ ucap Haji Salepan.
Erita, salah seorang warga Gresik Kota, merupakan pelanggan tetap. Kegiatan usaha kuliner nasi krawu-nya mengandalkan daging sapi milik Haji Salepan sejak 15 tahun lalu. Sehari dia dapat membeli 15 sampai 20 kilogram untuk olahan kulinernya.
Sebagai pelaku usaha kuliner nasi krawu, dia merasa tidak khawatir terhadap daging yang dibelinya itu karena penjual yang amanah serta dapat dipercaya adalah kuncinya.
Seperti pernah dibertiakan, jumlah sapi yang terjangkit wabah PMK di Gresik sudah mencapai ratusan. Dari jumlah itu, setidak terdata ada 17 ekor sapi yang mati. Tujuh di antaranya milik peternak Sulaiman, asal Kecamatan Menganti. Sejauh ini, pemerintah telah mengupayakan untuk menangani kasus PMK itu.