JawaPos.com- Proyek betonisasi sejumlah ruas jalan di Sidoarjo tahun ini dipastikan rampung sesuai target. Progres pengerjaannya sudah mengikuti jadwal yang ditetapkan. Bupati Ahmad Muhdlor Ali pun berkomitmen ke depan pemkab akan terus membeton jalan-jalan secara masif. Dia lebih memilih melakukan betonisasi daripada pengaspalan.
Mengapa? ”Karena Sidoarjo ini daerah delta, banyak sungai, curah hujannya tinggi,” jelas Muhdlor. Jika hanya diaspal, lanjutnya, daya tahan jalan kurang. Umurnya tidak awet. Terbukti, banyak aspal yang rusak karena jalan tergenang.
”Belum lagi, kesadaran masyarakat dengan tidak membuang sampah sembarangan masih rendah. Akibatnya, kadang jalan jadi sungai. Kalau aspal ketemu air, jalan kerap rusak sehingga anggaran pemeliharaan malah lebih besar,” terangnya.
Alumnus SMAN 4 Sidoarjo itu menuturkan, jalan di Sidoarjo perlahan akan mulus lagi. ”Daerah genangan pasti dibeton. Diharapkan, pelayanan transportasi ke masyarakat lebih baik dengan adanya jalan yang memadai,” tutur alumnus Unair itu.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Sidoarjo Anang Siswandoko menegaskan, dewan mendorong pemkab terus memperbaiki jalan. Sebab, selama ini kondisi kerusakan jalan sering dikeluhkan warga. Namun, pemkab harus membuat perhitungan yang matang titik jalan yang cukup dibeton atau yang diaspal saja. ”Kalau kerap dilewati kendaraan berat, misalnya yang bertonase 30–50 ton, padat kendaraan, ya dibeton,” katanya.
Selain itu, jalan yang rendah dan kerap banjir layak dibeton. ”Kalau yang lewat rata-rata hanya 5–10 ton, cukup diaspal,” tuturnya. Sebab, biaya betonisasi lebih tinggi daripada pengaspalan. ”Kalau jalan dibeton, drainasenya juga wajib dipikirkan,” ungkapnya.
Sebab, saat dibeton, ketinggian jalan akan naik rata-rata sampai 30 sentimeter. Kalau tidak diimbangi drainase, rumah warga bisa terendam. Terbukti, dalam proyek betonisasi di Jalan Sukodono, kondisi jalan lebih tinggi sampai 50 sentimeter daripada permukaan halaman rumah warga. ”Di sana sudah bagus karena di kanan dan kirinya sudah dibangun drainasenya,” ujarnya.
Selain drainase, sungai yang difungsikan untuk menampung air dari jalan harus berfungsi baik. Artinya, peningkatan jalan harus seiring dengan normalisasi sungai. Jangan sampai drainasenya ada, tetapi airnya tidak mengalir. Terkait dengan kondisi rumah yang lebih rendah ketimbang jalan, Anang menilai dampak itu pasti ada.
”Yang penting, saluran pembuangan airnya bagus sehingga tidak sampai air turun dan menggenangi rumah warga,” jelasnya.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBMSDA) Sidoarjo memastikan jalan yang dibeton sudah melalui pertimbangan matang. Salah satunya, kondisi jalan dengan kontur tanah yang cenderung lunak akan cepat rusak jika hanya diaspal. Pertimbangan lain, beban jalan dan kerap banjir. Karena itu, pada 2022, selain betonisasi, peningkatan jalan dengan pengaspalan juga tetap dilakukan.