Satria Tama: Saya Sudah Mau Menyerah, Tapi Lantas Ingat Istri dan Anak

14 Mei 2022, 12:11:59 WIB

Setelah melewati masa-masa menekuk lutut adalah penderitaan tak terkira, wudu pun harus dibantu, dan beratnya pemulihan yang hampir membuatnya angkat tangan, kiper Persebaya dan timnas Satria Tama kini siap turun ke lapangan lagi.

TERCABIK benar hati Aisyah Ayuningtyas. Satria Tama, sang suami, yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi pemarah. Sedikit-sedikit ngamuk. Salah sedikit, mbentak.

Semua bermula dari hasil magnetic resonance imaging (MRI) yang keluar pada Agustus 2021: Tama mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL). Lutut kanannya harus segera dioperasi.

Operasi dilakukan di RS William Booth, Surabaya, dua bulan berselang.

Pascaoperasi, kiper Persebaya Surabaya dan tim nasional (timnas) itu pulang ke rumah. Aisyah menjadi istri siaga. ”Wudu harus dibantu. Kalau mau mandi, lutut bekas operasi harus di-wrapping dulu. Nggak boleh kena air,” jelas Aisyah.

Pada masa-masa itulah, Tama sempat berubah. ”Kalau ada salah dikit saja pas saya pegang, dia langsung marah. Sering teriak kalau pas (lututnya, Red) sakit,” katanya.

Cedera parah itu dialami Tama saat membela Persebaya dalam laga uji coba melawan Persela Lamongan di lapangan Polda Jatim, Surabaya, menjelang kompetisi bergulir. Mantan kiper Madura United itu pun harus absen sepanjang Liga 1 2021–2022.

Aisyah tak kuasa sebenarnya melihat suaminya begitu. ”Sebagai istri pesepak bola, saya tidak pernah membayangkan suami saya bakal cedera selama ini,” ujarnya.

Namun, di depan sang suami yang telah memberinya seorang buah hati itu, dia selalu berusaha terlihat tegar. ”Kalau saya sedih, bagaimana dengan Mas Tama? Pasti ikut sedih juga, kan. Saya selalu memberi motivasi,” ungkapnya.

Dari sang istri pula, Tama kemudian mengontak beberapa pemain yang pernah mengalami cedera serupa. Salah satunya adalah Kartika Ajie. ”Dia (Kartika Ajie) bilang, yang penting harus kuatkan mental. Nggak boleh amburadul. Harus punya target kapan sembuh,” tutur Tama.

Namun, menjalankan pesan Kartika Ajie itu tidak semudah yang dibayangkan. Terlalu banyak fase yang membuatnya sempat ingin menyerah.

Dia ingat betul saat fase awal recovery. Dani Maulana, fisioterapis Persebaya, meminta Tama menekuk lutut kanan bekas operasi. Tujuannya, mengembalikan fungsi utama lutut tersebut.

Begitu mencobanya, Tama langsung meringis. ”Rasane kudu nangis. Iki yaopo kok lorone ngene? Wes pengen leren wae (Rasanya ingin menangis. Ini bagaimana kok sesakit begini? Sudah ingin berhenti saja)” kenang Tama.

Fase latihan itu dilakukan selama tiga bulan. Selama tiga bulan, lutut kanan Tama belum bisa ditekuk. Dia juga masih memakai kruk. ”Jadi, selama tiga bulan itu, saya salat selalu pakai kursi. Harus duduk,” ungkapnya.

Memasuki awal 2022, Tama dibawa Persebaya ke lanjutan Liga 1 seri Bali. Di sana penyembuhan makin digenjot. Tama berlatih di bawah pengawasan Dani Maulana. Sekali latihan bisa sampai lima jam. ”Latihan recovery itu lebih berat daripada latihan di lapangan,” tegas Tama.

Dia kadang merasa bosan. ”Karena lama dan gerakannya itu-itu saja,” katanya.

Namun, Dani tidak mau mengendurkan latihan untuk Tama. Sampai pernah suatu ketika Tama tiba-tiba tidak bisa bergerak. Punggungnya tidak bisa menyangga tubuhnya. ”Saya mau salat Subuh, tapi tiba-tiba nggak bisa bangun. Nggak bisa apa-apa,” ucapnya.

Tama yang meringis lantas langsung didatangi Dani. ”Ada beberapa latihan yang membuat tumpuan berpindah ke punggung. Jadi, itu efek samping dari latihan,” jelas Dani, fisioterapis asal Surabaya.

PERJUANGAN KERAS: Kiper Persebaya Satria Tama saat mempersiapkan diri sebelum berlatih di Lapangan ABC area Gelora Bung Tomo, Surabaya, kemarin (13/5). (ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Saking beratnya latihan yang dilakukan, Tama sempat ingin menyerah. Rasanya, dia sudah tidak kuat. Namun, saat ingin angkat tangan, ada motivasi yang selalu dia ingat. ”Saya ini sudah punya istri dan anak. Wes nduwe buntut (sudah punya anak). Kalau aku menyerah, terus nanti istri dan anakku bagaimana? Itu selalu saya jadikan pegangan dan motivasi,” jelasnya.

Kini Tama sudah sembuh total. Pada Kamis (12/3), dia baru saja menjalani tes ACL. Dia melakoni empat gerakan. ”Dan, alhamdulillah kekuatan lutut kanan dan kiri saya sudah seimbang. Jadi, dinyatakan sudah bisa tampil di lapangan secara normal,” ujar Tama.

Sang istri, Aisyah, benar-benar bahagia. ”Kalau diingat pas awal cedera, rasanya tidak menyangka sekarang kami sudah melewati fase susah itu,” jelasnya.

Kini Tama tinggal merebut posisi inti. Selama Liga 1 2021–2022, dua juniornya, Ernando Ari dan Andhika Ramadhani, mampu tampil apik. Keduanya bergantian menjadi kiper utama tim berjuluk Green Force tersebut.

”Saya sama sekali tidak iri, justru senang keduanya mampu tampil baik. Sebab, saat cedera, saya sudah bilang ke Nando dan Andhika, ’Iki wayahmu (ini kesempatanmu). Jangan bikin kecewa’,” tuturnya.

Bagi Tama, Nando dan Andhika adalah sahabatnya. Sebab, dia sama sekali tidak menganggap keduanya sebagai saingan. ”Semua saya anggap keluarga. Nggak ada yang namanya saingan. Kalau memang dianggap bagus, siapa pun yang diturunkan bukan masalah,” tandas Tama.

BANTU PROSES RECOVERY: Dani Maulana (kiri), fisioterapis Persebaya, berkunjung ke rumah Satria Tama kemarin (13/5). (ANGGER BONDAN/JAWA POS)

Editor : Ilham Safutra

Reporter : gus/c14/ttg

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads