JawaPos.com – Dibandingkan stadion lainnya di liga elite Eropa, tidak ada yang sesibuk Stadio San Siro atau Stadio Giuseppe Meazza, kandang AC Milan dan Inter Milan.
Rata-rata per musim, San Siro dapat menggelar 36 pertandingan! Itu hanya untuk laga Serie A. Belum di Coppa Italia, Supercoppa Italiana, atau Liga Champions.
Efek dari agenda padat adalah kerusakan yang timbul di lapangan. Khususnya rumput.
Pemandangan itu sejatinya sudah terlihat ketika San Siro dipercaya menggelar final four UEFA Nations League 2020–2021 pada 7–11 Oktober tahun lalu.
Karena itu, bukan suatu yang berlebihan atau mengada-ada ketika allenatore Inter Milan Simone Inzaghi mengeluhkan rumput San Siro setelah tim asuhannya menang susah payah 2-1 atas Venezia FC di Serie A kemarin (23/1).
Menurut Simo, sapaan akrab Simone Inzaghi, kondisi rumput San Siro benar-benar sudah rusak.
”Rumput San Siro sesungguhnya tidak layak dipergunakan lagi,” ucap Simo kepada DAZN.
”Itu yang membuat kami kesulitan untuk mengembangkan permainan. Permukaan lapangan juga payah,” imbuh pelatih yang baru memenangi Supercoppa Italana 2021 itu.
Kepada La Gazzetta dello Sport, ahli agronomi Lega Serie A Giovanni Castelli menganggap persoalan lapangan San Siro sangat penting untuk dibahas.
Menurut Castelli, sudah delapan tahun terakhir kondisi rumput San Siro dirawat dengan cara ”mengawinkan” rumput alami dengan rumput hibrida sintetis.
”Masalahnya adalah menggunakan (rumput lapangan) dalam waktu kurang dari 24 jam pasti akan ada efek buruknya. Selama ada dua tim yang melakoni pertandingan di stadion itu, masalah pasti akan berulang,” beber Castelli.
”Satu-satunya solusi adalah istirahat. Sebab, jumlah laga di sana (San Siro, Red) sudah terlalu banyak sehingga rumput gagal pulih kembali,” imbuh Castelli.