JawaPos.com – Kemenangan 4-2 (1-1) Italia atas Spanyol dalam semifinal Euro 2020 membuat berbagai sisi di balik adu penalti ramai dikupas. Apalagi, babak tos-tosan di Stadion Wembley, London, Inggris, kemarin dini hari WIB itu terbilang dramatis mengingat eksekutor pertama Italia justru gagal menjalankan tugas.
Dan, Gli Azzurri selama ini juga selalu apes jika berduel adu penalti dengan La Furia Roja di turnamen mayor.
Sebuah studi dari Geir Jordet, profesor di Norwegian School of Sport Sciences, memperlihatkan terkait besar tekanan algojo penalti menunjukkan ada beberapa faktor penyebab kegagalan menciptakan gol dari titik putih. ’’Karena tingginya tensi laga, kemampuan menembak algojo yang rendah (biasanya bek), algojo yang usianya di atas 23 tahun, dan yang kelelahan (main selama 120 menit),’’ sebut Jordet dalam artikel ilmiahnya yang bisa diakses lewat situs National Library of Medicine, Amerika Serikat.
Jordet, seperti juga dia sampaikan lewat utas di Twitter kemarin (7/7), menyebutkan, penelitian dia lakukan dengan menganalisis video setiap rekaman adu penalti turnamen mayor sejak 1976. Mulai Piala Dunia, Euro, hingga Liga Champions. Dia juga mewawancarai 25 pemain yang pernah mengalaminya dan menguji prediksinya pada 15 tim elite.
Ada 10 jenis studi terkait adu penalti yang dia lakukan. ’’Ini (babak tos-tosan) permainan psikologi,’’ klaim Jordet.
Salah satu poin yang dia dapat dari penelitian, kecenderungan pemain yang baru saja merebut penghargaan pribadi untuk sukses menjadi eksekutor sekitar 65 persen. Tapi, sebelum dianugerahi penghargaan individual, tingkat keberhasilannya malah lebih besar: 95 persen.