Hujan Hanya Turun
hujan membuatmu mematung.
padahal dia hanya air yang turun.
di antara ambang pintu percikan air
tipis selalu seperti kebahagiaan.
tetapi kau mundur seperti seorang
serdadu terkepung.
kau pun duduk.
dengan sedikit kecut kamu baru saja
menyadari kemejamu kekecilan. sepatu.
sepatu yang kautatap itu hanyalah
sepasang sepatu kulit –tetapi kau tidak
mau melepasnya. kakimu seperti
dicengkeram dan tidak bisa ke mana.
dan janji berada di sana, hanya kurang
dari 20 menit berkendara. kamu bisa apa
selain meneguk sisa yoghurt dingin yang
tidak kamu inginkan dan segera kau
remukkan dengan sentimen?
rencana besarmu telah dihapus tanpa
ampun. bahkan kamu kedinginan.
di luar hujan hanya turun, hanya turun.
2021
Di Kafe II
saxophone meresapkan ave maria ke meja
bundar ini. namaku yang dicetak di gelas
plastik, basah dan kedinginan. di balik kaca
keramaian menjadi genangan.
uap air dari mesin pemanas mendesirkan
cemas pekerja. maria yang cantik dan tegar,
apa yang hendak kaupesan di sini?
di luar awan tumbuh dan mengatur diri.
maria gratia plena dalam adante melipat
sepi. orang-orang bergegas ke kasir dan
segera pulang. tetapi jika sepi telah dibunuh
mengapa masih sering kembali untuk
membayar?
2022
Biskuit
biskuit ini memang rapuh tetapi
kita masih menginginkan yang lebih.
maka kita memendamnya pada
kedalaman teh panas. tetapi mengapa
terburu memakannya?
di sebuah sore rabu kau lekas
memasak air untuk teh yang dikirim
oleh seorang sahabat dari jauh.
camomile, honey, vanila, sempurna.
sisa keping yang kaucelupkan
tanggal dan tinggal –lalu kau
mengangkat gelas seperti
merayakan kemenangan.
kita menyaksikan biskuit berdiam
diri di sana. kaubilang jika kau
pergi apakah hatiku masih bisa
diselamatkan? biskuit itu lalu seperti
tumbuh.
jika kau meminum teh itu dengan
perlahan, akan tampak sejarah yang
utuh –yang telah kaupendam itu,
walau sebenarnya tidak bisa kau
angkat lagi.
2022