JawaPos.com - Pariwisata yang cukup berkembang pesat di Malang Raya rupanya cukup menarik para investor untuk berinvestasi. Apalagi, tahun 2018 ini, prediksi jalan tol yang menghubungkan Malang-Pandaan akan direalisasikan. Hal itu pun menjadi peluang tersendiri, khususnya bagi industri properti.
Antara lain yakni pengembang perumahan, apartemen serta pebisnis hotel. Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Malang, Suwoko menjelaskan, investasi untuk perumahan dan apartemen tahun ini bisa tumbuh subur. Menurutnya, hal tersebut karena ada prediksi adanya tol Malang-Pandaan yang membuat warga luar kota, khususnya Surabaya berniat membeli satu unit rumah di sekitar kawasan Malang Raya.
“Tahun 2018 ini, harga tanah naik 20 persen. Ini merupakan peluang bagus bagi para pengembang yang ingin melebarkan bisnisnya,” jelas dia pada JawaPos.com, Minggu (21/1).
Selain perumahan, lanjutnya, pihaknya juga memprediksi tumbuhnya apartemen di sekitar wilayah Malang Raya. Bisa dibilang, nantinya bisnis di sektor property, baik perumahan, apartemen maupun hotel bisa saling mengisi. “Kehadiran mereka saling mengisi. Dengan ketersediaan kamar, jumlah perumahan hingga unit apartemen yang dimiliki, mampu menampung pendatang yang singgah kesini," terangnya.
Apalagi, Kota Malang sebagai kota pendidikan pastinya setiap tahun selalu kedatangan mahasiswa baru. Setiap tahun, sekitar 40-50 ribu orang datang ke Malang untuk mengenyam pendidikan. "Hadirnya apartemen mampu menampung 20 persen dari jumlah tersebut. Berarti kan sudah teratasi masalah hunian,” jelas dia.
Dia menjelaskan, pada 2017 lalu, ada sekitar 8 hingga 10 properti baru yang masuk wilayah Malang Raya. Sementara untuk apartemen, ada sekitar 4 apartemen yang ekspansi ke Malang. “Kondisinya landai-landai. Untuk pertumbuhan investasi memang tumbuh subur," kata dia.
Namun, lanjutnya, dari sisi penjualan masih mengalami kesulitan. Daya beli masyarakat menurun sekitar 30 - 40 persen dari pengembang yang masuk di REI atau sekitar 40 an pengembang di Malang Raya. "Ini karena pertumbuhan ekonomi yang turun. Namun, 2018 ini kami bisa optimis,” ungkap Suwoko.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPC Malang, Dwi Cahyono mengatakan sepanjang tahun 2017, sekitar 10 hotel dan guest house baru, berdiri di kawasan Malang Raya. “Tahun 2018 ini, akan ada sekitar 4 sampai 5 hotel baru lagi yang hadir di Malang,” terang dia.
Dwi menuturkan, tumbuhnya hotel dan guest house di Malang Raya akan berkembang pesat. Tekait penambahan jumlah hotel dan kamar, Dwi mengatakan pihaknya dan pemerintah Kota Malang akan membuat kajian.
“Kalau di zona kota, semua sudah padat, tidak memungkinkan untuk ditambah hotel lagi. Kalau di daerah Kota Malang bagian timur, masih ada sedikit lahan yang bisa ditambah hotel," jelasnya. Apalagi, mengingat kawasan tersebut dekat dengan bandara.
"Jadi, harus di lihat betul, kawasan mana yang masih memungkinkan untuk dibangun hotel dan mana yang sudah overload,” beber dia. Sementara itu, okupansi hotel di Malang saat ini hanya tumbuh pada saat akhir pekan saja. Sedangkan pada hari-hari biasa, cenderung sepi. Oleh karena itu, dirinya menyarankan agar hotel bisa mempunyai event pada saat hari aktif. (fis)