JawaPos.com – Helm adalah salah satu perangkat paling vital bagi para pengendara sepeda motor. Fungsinya sangat penting yakni melindungi area kepala agar aman saat benturan akibat kecelakaan.
Soal helm yang pernah mengalami kecelakaan atau benturan, kita sering ragu dalam menentukan masih layak digunakan atau tidak. Beberapa produsen menawarkan layanan pengujian mail-away untuk menganalisis helm setelah tabrakan atau jatuh. Hanya saja, tidak tersedia untuk setiap merek.
Perusahaan rintisan atau startup asal Australia yang disebut Helmet Doctors sedang berusaha untuk mengubahnya. Yakni dengan layanan pemindaian baru yang akan memeriksa helm dari produsen mana pun.
Tim ayah-anak, Scott dan Brayden Robinson, memulai Helmet Doctors sebagai respons praktis terhadap insiden kehidupan nyata.
Brayden menderita patah tulang tengkorak saat mengendarai motorcross. Hal itu menyebabkan dia dan ayahnya lebih memperhatikan keselamatan helm. Setelah kecelakaan itu, Scott mengatakan helm Brayden masih tampak dalam kondisi baik.
Keduanya melihat perlunya pemeriksaan helm yang tepat untuk memastikan pengendara tidak hanya melihat fisik helm setelah kecelakaan dan terus mengendarai, tanpa mengetahui tentang kerusakan tersembunyi di dalamnya. Robinsons bekerja pada sistem pengujian lokal, tersedia untuk semua merek helm.
Terkait hal ini, mereka telah bekerja dengan University of Queensland serta perusahaan Belgia dalam mengembangkan prosedur pemindaian laser yang mampu menganalisis integritas dan kekuatan helm. Motorbike Writer pada Senin (27/7) mengatakan, pemindai nantinya akan memeriksa cangkang luar helm, memeriksa kerusakan yang tidak terlihat pada bahan komposit.
Pendiri Helmet Doctors percaya bahwa layanan yang diusulkan akan menjadi pilihan yang berharga untuk pembalap dan pengendara jalanan dengan helm mahal mereka. Namun untuk memulai perusahaan tersebut, mereka membutuhkan biaya sekitar AUD 2 juta atau berkisar Rp 20,8 miliaran.
Mereka telah mengumpulkan modal sebesar USD 500 ribu atau berkisar Rp 7,3 miliaran dan mengumpulkan hibah pemerintah sebesar USD 1 juta atau berkisar Rp 14,6 miliaran, sehingga mereka tampaknya akan siap dalam rencana tersebut.