PERGELARAN KTT G20 dengan presidensi Indonesia rampung. Penyelenggaraan berlangsung baik, tapi pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah menilai ajang tersebut terbelokkan dari tujuan utama.
Menurut Anda, bagaimana penyelenggaraan KTT G20?
Menurut hemat saya, penyelenggaraan KTT G20 sudah sangat baik.
Bukan hanya tingkat perencanaan yang disiapkan dari Oktober 2021, tapi sampai ke tahap pelaksanaan dan pengamanan. Panglima TNI dan Kapolri terlihat sangat berusaha keras mengamankan terlaksananya KTT tersebut.
Artinya, sudah berjalan sukses sesuai dengan tujuan KTT G20?
Entah kenapa, tapi ini juga menjadi suatu hal yang sudah kita prediksi dari awal. KTT G20 akan diarahkan untuk belok dari tujuan utamanya seperti terkait dengan ekonomi dunia, pembangunan berkelanjutan, dan lainnya menjadi isu Ukraina-Rusia. Isu tersebut justru yang banyak mendapat sorotan.
Apa yang menjadi parameter bahwa sudah dibelokkan?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diberi kesempatan bicara di sesi awal. Lalu, dia menggunakan kata-kata keras dengan menyebut G19. Padahal, ia posisinya hanya undangan. Saya pikir alangkah baiknya jika di pertemuan awal yang bicara itu negara-negara G20 untuk membahas perkembangan G20 sejak berada di bawah presidensi Indonesia. Para pemimpin ini hendaknya juga bicara mengenai draf joint communique yang dibuat. Itu yang didahulukan. Setelahnya, mungkin Zelensky bisa ngomong di hari kedua. Mungkin ini entah kita terlalu toleran, terlalu demokratis, atau apa sehingga membiarkan negara-negara besar meminta agar Zelensky memberikan pandangannya di sesi awal. Padahal, pandangannya di luar fondasi dari G20.
Apa yang seharusnya dilakukan Indonesia sebagai pemegang keketuaan G20?
Sebagai ketua, bisa saja kita mengarahkan agenda utama yang dibahas. Bagaimana pencapaian Indonesia untuk G20 dan bagaimana respons anggota G20. Kita bahas hasil pertemuan Sherpa G20. Kemudian, yang sudah disetujui diketok palu, yang belum dilakukan dialog lagi. Tapi, saya pikir, memang ada masalah dalam penyelenggaraan. Kita sulit menghadapi gempuran dari negara-negara besar tersebut.
Apakah kepulangan delegasi Rusia di awal merupakan respons atas kekecewaan sudah disudutkan?
Bisa jadi. Tapi, Rusia berada di tempat saat Zelensky berbicara di awal.
Rudal ke Polandia yang memicu diadakannya rapat G7 dan NATO apakah ikut memengaruhi image presidensi G20?
Ini kalau dalam peribahasa kita, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Ini kerugian sudah terjadi. Tapi, harus dijelaskan bahwa negara ini sudah berusaha keras mengupayakan perdamaian, tapi ada limit. Masih ada negara di dunia yang tidak mampu mengatasi perbedaan di antara mereka. Itu harus disampaikan pada dunia.
*) TEUKU REZASYAH, Pengamat hubungan internasional Universitas Padjadjaran