Soleman B. Ponto: Jadilah Robot, Jangan Ambil Risiko

14 November 2022, 15:01:01 WIB

MANTAN Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Laksamana Muda (pur) Soleman B. Ponto melihat persiapan TNI, Polri, dan instansi terkait lain mengenai pengamanan G20 sudah maksimal. ”Tidak boleh ada kompromi. Kiriman bunga tanpa konfirmasi, tolak. Semua paket, cek,” kata purnawirawan perwira tinggi TNI yang juga pernah bertugas sebagai atase pertahanan tersebut kepada Jawa Pos.

Menurut Anda, bagaimana persiapan pengamanan KTT G20 yang dilakukan pemerintah bersama TNI, Polri, serta kementerian dan lembaga lainnya?

Saya kira semua sudah lengkap. Sudah besar-besaran malah. Dalam sejarah, mungkin ini yang paling besar. Sudah bagus saya kira. Dengan dulu (saat KTT OPEC di Bali) 2012 atau 2013 pasti dipelajari apa saja yang terjadi waktu itu.

Saat itu Anda masih berdinas. Apakah ikut turun tangan dan mengalami juga? Lalu, bagaimana dengan prosedur tetap (protap) bila dibandingkan dengan pengamanan KTT G20 sekarang?

Iya, saya mengalami, saya ikut. Protapnya pasti tidak beda jauh. Tinggal sekarang itu rasa tanggung jawab dari pelaksana di lapangan. Adakalanya mereka sudah jenuh. Adakalanya dia (petugas, Red) sudah merasakan itu adalah suatu hal yang biasa. Sehingga mereka membiarkan yang biasa, tidak membiasakan yang benar. Itu adakalanya jadi kelemahan. Makanya, perlu diingat-ingatkan terus. Jadilah robot kalau sudah begini, jangan ambil risiko.

Jadi robot itu apakah maksudnya tidak kompromis terhadap hal-hal kecil sekalipun?

Iya, mereka harus mengenal betul siapa yang boleh masuk, siapa yang tidak boleh masuk area itu. Apa tugas pokok yang diberikan kepada dia, laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan, tidak ada kompromi. Jadi, kalau tidak dikenal mau masuk, tidak bisa. Misalkan ada, oh ini ada kiriman bunga untuk kamar hotel nomor sekian. Kalau tidak ada konfirmasi, tolak. Adakalanya kan kiriman bunga ini suka lolos. Jadi, tidak boleh ada kompromi. Jadi, semua paket itu harus dicek satu per satu. Masing-masing baca tugasnya apa. Sesuatu yang tidak ada, tidak diatur di situ, tolak. Itu benar-benar harus menjadi robot. Harus jadi robot. Tidak ada kompromi.

Dalam agenda sebesar KTT G20, gangguan seperti apa yang biasa muncul dan harus diantisipasi?

Ancamannya tadi, sudah benar dari panglima TNI yang sudah disampaikan. Itu ancaman riil seperti itu. Siber itu sudah pasti yang paling banyak. Itu sudah pasti. Sehingga itu betul-betul harus menjadi perhatian. Apalagi, kita baru diserang sama Bjorka. Jangan sampai itu terjadi. Kemudian, ada hal-hal kecil yang harus diperhatikan. Adakalanya bisa mengganggu itu kalau luput. Mobil mogok aja bisa jadi gangguan, listrik mati bisa mengganggu itu. Kelihatannya kan kecil. Sampai detail-detail itu harus diperhatikan. Bagaimana kesiapan listrik, mobil-mobil sudah siap atau belum. Pokoknya, semua sampai yang detail-detail itu memang harus diperhatikan. Ini pertemuan sekian banyak kepala negara. Jadi, ini pertaruhan nama Indonesia. Jadi, sampai hal yang kecil-kecil pun harus diperhatikan.

Lantas, bagaimana dengan keinginan khusus dari beberapa kepala negara, misalnya tempat parkir pesawat minta di tempat khusus?

Oh iya, sudah biasa itu. Itu bukan hal yang luar biasa. Masing-masing kepala negara akan memilih tempat yang menurut dia teraman. Tiga bandara yang digunakan (untuk parkir pesawat delegasi KTT G20) nggak ada masalah itu. Kan dia lama. Untuk parkir aja kan bisa. Kalau taruh di Bali semua, penuh. Memang harus begitu. Tidak dikumpulkan dalam satu tempat. Itu salah satu bentuk pengamanan.

*) LAKSAMANA MUDA (PUR) SOLEMAN B. PONTO, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI

Editor : Ilham Safutra

Reporter : syn/c19/ttg

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads