Kemenangan Besar

CATATAN SAMSUDIN ADLAWI*
18 Desember 2022, 13:58:56 WIB

HANIN celingukan. Kakinya sibuk dalam gegas. Membagikan permen dan hadiah. Kepada para penonton pertandingan sepak bola Piala Dunia (PD) 2022. Yang datang dari berbagai penjuru dunia.

’’Aku memberikan permen dan hadiah, menyambut orang yang datang ke Qatar,’’ kata cewek berpipi gembil itu menjawab pertanyaan seorang suporter wanita.

’’Ya Tuhan, lihatlah, ini adalah sambutan Arab Qatar. Terima kasih Hanin. Kamu sangat baik. Kamu manis sekali,’’ timpal wanita dari salah satu negara Eropa itu girang.

Hanin tidak sendirian. Dalam tayangan video viral lainnya, warga lokal Qatar juga melakukan hal yang sama. Pria dan wanita. Tua dan bahkan anak-anak. Mereka melakukan kegiatan yang sama. Yakni, berlomba-lomba membagikan berbagai makanan, minuman, dan buah yang dimilikinya. Kepada ribuan penonton –tanpa memandang suku, ras, agama, dan asal negara– yang ditemuinya.

Awalnya, para suporter asing itu tampak canggung. Sebab, perlakuan ’’istimewa’’ semacam itu jarang (dan bahkan tidak pernah) mereka jumpai. Warga di negara mereka berasal cenderung hidup nafsi-nafsi. Individualistis. Namun, rasa canggung itu tak berlangsung lama. Berganti riang gembira. Setiap ada warga Qatar yang membopong nampan besar penuh dengan gelas-gelas kertas (paper cup) berisi kopi selalu mereka sambut dengan sukacita.

’’I want the Arabic coffee,’’ teriak beberapa penonton bule dari balik jendela bus yang ditumpanginya. ’’Lihatlah Qatar. Ini bukan pertandingan mereka. Tapi, orang-orang (warga Qatar) di pinggir jalan memberikan makan dan minum dengan gratis. Gracias, gracias, syukran,’’ pujinya sambil memegang segelas kopi hangat.

Masih banyak kesaksian dari para pendukung timnas yang bertanding di PD 2022. Mereka memberi kesaksian, setiap selesai pertandingan, warga Qatar memberikan berbagai macam makanan kepada para suporter. Mulai pizza, kurma, kopi, kue-kue, buah, makanan penutup, hingga banyak lagi jenis makanan yang membuat mulut ngiler. Semuanya diberikan cuma-cuma alias gratis tis.

Bukan hanya kelompok suporter, pelatih timnas Brasil Adenor Leonardo Bacchi juga merasakan kehangatan dan keramahan warga Qatar. Dalam sesi konferensi pers usai pertandingan Brasil versus Serbia, juru taktik yang karib disapa Tite itu mengungkapkan perasaan harunya. ’’Solidaritas warga Qatar melampuai sepak bola. Olahraga memberikan hal-hal indah yang luar biasa, terutama dari yang paling kecil. Olahraga memberikan pelajaran hidup yang sangat bermakna,’’ tegasnya.

Tite tidak sedang berkampanye. Tapi, dia merasakan pengalaman yang dialami keluarganya. Yakni, saat putrinya hendak pulang usai menonton pertandingan menuju metro ’’kereta cepat’’. Dia menonton bersama dua anaknya. ’’Kedua cucuku cukup berat tubuhnya. Yang satu berjalan, yang satunya tertidur pulas di gendongan ibunya. Tiba-tiba datang seorang warga Arab menawarkan bantuan. Ia rengkuh cucuku, lalu menggendongnya,’’ Tite terharu setelah melihat rekaman adegan yang menunjukkan sisi kemanusiaan itu.

Begitulah cara warga Qatar memuliakan tamu negaranya. Tanpa memandang asal usulnya. Aksi-aksi simpati mereka selama penyelenggaraan PD 2022 menghapus citra buruk kultur Qatar yang dikampanyekan negara-negara Barat. Terutama negara yang masih terjangkiti Islamfobia.

Setelah berada di Qatar sebagai penonton, suporter asal Florida, AS, kaget. Dia merasakan langsung keramahan warga Qatar. Sangat bertolak belakang dengan banyak komentar penuh kebencian, menggelikan, dan gila dari teman dan keluarganya.

’’Kami menyaksikan dan merasakan sendiri pengalaman tentang budaya di sini. Ternyata, kami menyukainya. Semua yang disampaikan media, Twitter, dan media sosial sudah tentu sangat-sangat jauh dengan apa yang ada di sini (Qatar). Yang ada di sini cinta tulus dan respek antarsesama. Setiap warga suka membantu. Saya menyukainya,’’ tutur pemuda berbalut kaus Real Madrid dalam video kesaksian itu.

Respek dari para suporter asing itu menjadi kemenangan bagi Qatar. Melengkapi kemenangan besar lainnya dalam penyelanggaraan PD 2022. Yakni, membungkam keraguan tim-tim dari Eropa soal kenyamanan saat bertanding. Otoritas Qatar sadar, para pemain Eropa pasti tidak nyaman bermain di suhu yang panas. Maka, dilengkapilah delapan stadion venue pertandingan dengan pendingin udara. Untuk mengimbangi sengatan udara gurun. Dengan begitu, para pemain Eropa serasa bermain di negaranya sendiri.

Kemenangan berikutnya ketika Qatar memberlakukan hukum negaranya ke dalam aturan PD 2022. Antara lain, pembatasan konsumsi alkohol. Juga seks dan obat-obatan terlarang diawasi secara ketat. Bagi yang nonheteroseksual, UU Qatar bahkan bisa membuat mereka masuk bui. Dan, FIFA ikut melarang pemakaian rainbow armband. Ban kapten warna pelangi bertulisan One Love itu merupakan simbol dukungan terhadap kelompok LGBT. Qatar sebagai negara Islam melarang keras dukungan kepada LGBT.

Wa ba’du. Indonesia juga punya sikap keras terhadap LGBT. Mampukah Indonesia meniru Qatar: melarang pemakaian ban kapten pelangi dalam ajang Piala Dunia U-20 pada 20 Mei–11 Juni 2023 mendatang. Kalau bisa, Indonesia akan meraih kemenangan besar. Sekalipun timnas Garuda tersingkir di babak penyisihan grup –seperti Qatar.

*) Direktur Jawa Pos Radar Banyuwangi, pemuisi

Editor : Ilham Safutra

Saksikan video menarik berikut ini:

Alur Cerita Berita

Lihat Semua

Close Ads