JawaPos.com- Jemaah benar-benar menyemut resepsi puncak Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo, kemarin (7/2). Jalan-jalan di sekitar Stadion Gelora Delta memutih. Meluber. Mereka tidak hanya berasal dari wilayah Pulau Jawa.
Jemaah yang datang dari berbagai penjuru nusantara tersebut tidak hanya satu tujuan. Mereka memanfaatkan ziarah ke para wali dan ulama nusantara. Termasuk ke makam para muassis atau pendiri NU di Jombang, Jatim. Yakni, Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri.
Pantauan Jawa Pos Radar Jombang di kompleks makam Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari, misalnya. Area makam di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng pun tampak dipadati ribuan peziarah. Ratusan bus juga terparkir memadati area sekitaran ponpes. Para peziarah pun harus bergantian keluar masuk kawasan makam.
Syamsuri, 53, rombongan peziarah MWC NU Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menyatakan, pihaknya sudah sejak awal berencana ziarah ke makam Mbah Hasyim dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). ”Kami dua rombongan, dari Sidoarjo masuk stadion tidak bisa hanya di halaman. Setelah itu, kami ke sini,” ujar dia.
Dia bersama rombongan asal Rembang berangkat dari Jawa Tengah, pada Senin (6/2) malam. Namun, jemaah di Sidoarjo sudah berjubel. ”Agak lama, parkirnya juga lumayan jauh, sekitar 4 kilometer harus jalan kaki,” jelasnya.
Jauh-jauh hari, Syamsuri sudah merencanakan untuk mengikuti peringatan Harlah Satu Abad NU di Sidoarjo. Kemudian dilanjutkan ziarah ke makam para pendiri NU. Mulai Mbah Hasyim, KH Wahab Chasbullah di Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas, dan makam KH Bisri Syansuri di Ponpes Mambaul Maarif Denanyar.
Teuku Azwani, pengurus Ponpes Tebuireng Jombang mengatakan, ada puluhan ribu pengunjung berziarah pada Selasa (7/2) kemarin. Keramaian kunjungan peziarah terasa sejak H-3 kegiatan Harlah Satu Abad NU di Sidoarjo. ”Memang benar, para peziarah kebanyakan setelah menghadiri acara Harlah Satu Abad NU di GOR Delta Sidoarjo,” ujar dia.
Sejak H-3 harlah, tren kunjungan peziarah terus meningkat. ”Kemarin kita juga kedatangan 30 bus dari PCNU DKI Jakarta, kemudian tadi pagi dari Garut, dari Bekasi, ada juga dari Lampung dan Cilacap,” terangnya.
Karena padat pezirah sejak pagi, pihak pengelola ponpes memberikan kelonggaran. Pada hari biasa, makam dibuka mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Namun, karena hingga pukul 15.00 WIB, masih padat peziarah, akhirnya ditambah dua jam. ”Kita buka sampai menjelang Magrib. Setelah itu kita tutup karena dipakai kegiatan santri,” jelas dia.
Dia mencatat, peningkatan peziarah mencapai 150 persen. Dari jumlah normal pada hari biasa mencapai 5.000 peziarah, pada momen Satu Abad NU menjadi 25.000 peziarah dalam sehari. ”Jika dikalkulasi selama tiga hari, totalnya sudah ada ratusan ribu peziarah ke Tebuireng,” pungkasnya.