JawaPos.com - Korban erupsi Gunung Semeru terus bertambah. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menegaskan bahwa peringatan dini telah mereka sampaikan. Bupati Lumajang Thoriqul Haq juga mengaku sudah menerima dan menyosialisasikannya kepada masyarakat. "Warga siaga, tapi mereka beraktivitas seperti biasa,” katanya.
---
Banyak yang mempertanyakan soal peringatan dini terkait erupsi Semeru pada 4 Desember lalu. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut informasi itu sudah disampaikan. Apakah Anda selaku kepala daerah telah menerimanya?
Saya sudah sering mengutarakan bahwa PVMBG telah menyampaikan informasi munculnya awan panas.
Informasi itu juga sudah diteruskan ke masyarakat. Tindak lanjut informasi juga sudah dilakukan. Masyarakat mulai siaga, tapi tetap beraktivitas biasa.
Kapan informasi itu disampaikan?
Kami menerima dan meneruskan pada 1 dan 2 Desember. Masyarakat juga langsung mengetahui itu. Informasi kami sampaikan melalui berbagai cara sehingga tersampaikan secara menyeluruh.
Apa imbauan untuk masyarakat ketika itu?
Pada prinsipnya, awan panas bukan kali pertama muncul di Gunung Semeru. Bagi masyarakat lereng gunung, fenomena itu biasa. Masyarakat sudah paham langkah yang harus dilakukan saat menerima informasi tersebut. Mereka juga sudah tahu jalur evakuasi dan lokasi untuk mengamankan diri.
Jalur evakuasi itu disampaikan secara langsung?
Jalur evakuasi itu tidak terbentuk instan. Artinya, tidak muncul ketika bencana itu tiba. Tapi, disiapkan sejak lama. Masyarakat juga sudah memahami fungsi jalur evakuasi tersebut. Termasuk bagaimana memanfaatkannya.
Namun, banyak korban yang diduga tertimbun lahar dingin, apakah itu disebabkan informasi yang tidak optimal?
Kita tidak boleh menyimpulkan seperti itu. Saya tegaskan, ada tahapan peringatan yang disampaikan PVMBG. Seperti yang sudah sering disampaikan, yakni siaga, waspada, dan awas. Kala itu, peringatan yang disampaikan adalah munculnya awan panas. Masyarakat sudah menyiapkan langkah antisipasi. Namun, kondisi yang terjadi berbeda. Volume lahar yang turun cukup besar. Pada waktu yang sama, masih ada warga yang beraktivitas di lokasi penambangan.
Artinya, warga memang benar-benar sudah paham dengan peringatan tersebut?
Benar, saat terjadi guguran awan panas Sabtu (4/12) lalu, informasi sudah disampaikan. Masyarakat juga langsung mengambil langkah antisipasi. Terbukti, di kawasan Pronojiwo, proses evakuasinya lebih cepat. Berbeda dengan Sumberwuluh yang kesulitan karena luberan sampai ke permukiman.
Debit volume lahar memang di luar dugaan?
Salah satu bukti lainnya adalah sungai di Jembatan Gladak Perak yang hampir rata dengan permukaan aspal. Padahal, kedalaman sungai tersebut mencapai 75 meter. Artinya, debit lahar luar biasa banyak sehingga daya tampung daerah aliran tidak mampu.
Artinya, asumsi bahwa early warning tidak berfungsi optimal ini tidak benar?
Yang jelas, prosedur peringatan dini dan respons masyarakat sudah sesuai prosedur. Jalur mitigasi bencana yang memandu penyelamatan dari bencana juga sudah ada. Tapi, alam tidak bisa ditebak. Kami saat ini lebih fokus pada proses evakuasi. Semua energi diarahkan pada penyelamatan nyawa manusia. Itu yang menjadi pemikiran kami.