Rabu, 31 Mei 2023

Jokowi Klaim BOR Turun, Faktanya Oksigen Kritis, ICU Antre

- Selasa, 20 Juli 2021 | 22:01 WIB
TUGAS MULIA: Sejumlah tenaga kesehatan menangani Covid-19 yang baru tiba di IGD RSUD Kota Bekasi, Jawa Barat, kemarin (18/7). (HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS)
TUGAS MULIA: Sejumlah tenaga kesehatan menangani Covid-19 yang baru tiba di IGD RSUD Kota Bekasi, Jawa Barat, kemarin (18/7). (HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS)

JawaPos.com - Presiden Joko Widodo menyatakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diperpanjang sampai 25 Juli 2021. Jika tren kasus Covid-19 terus turun, pemerintah akan memberlakukan pembukaan bertahap.

Keyakinan itu berdasar pada tren kasus Covid-19 saat ini mulai turun terlihat dari angka ketersediaan tempat tidur rumah sakit atau BOR. "Kita bersyukur setelah dilaksanakan PPKM Darurat, terlihat dari data, penambahan kasus dan kepenuhan bed rumah sakit mengalami penurunan," kata Presiden dalam konferensi pers virtual, Rabu (20/7).

Namun hal itu dinilai jauh dari kondisi lapangan. Menurut Sekjen Asosiasi RS Swasta Seluruh Indonesia (ARSSI) Iing Ichsan Hanafi, fakta di lapangan belum terjadi penurunan tempat tidur rumah sakit. Justru tempat tidur masih penuh. "Malahan kecenderungan kondisi pasien yang datang itu sudah kondisi sedang dan berat," tegas Iing Ichsan kepada JawaPos.com.

"Iya mungkin kelamaan isoman di rumah (kondisinya sedang dan berat)," lanjutnya.

Berdasar data, kaya Ichsan, angka BOR di RS swasta saat ini masih di atas 90 persen. Tidak terlihat menurun selama PPKM darurat diberlakukan. "BOR masih di atas 90 persen. Sama sekali sejak PPKM, belum kelihatan (menurun)," ungkapnya.

Angka itu termasuk situasi tempat tidur di IGD yang belum menunjukkan tren penurunan. Apalagi ICU. Bahkan kini krisis oksigen masih terjadi. Salah satunya di rumah sakit swasta di Bandung.

"Karena yang datang sedang dan berat. Pemakaian oksigen juga cukup tinggi. Karena pasien harus masuk ruang HCU dan ICU. Teman-teman di Bandung juga sampai sekarang kesulitan oksigen," kata Iing Ichsan.

Dia menyebut sejumlah BOR RS paling parah terjadi di Jabodetabek, Bandung, Jateng. Dikhawatirkan jika PPKM dilonggarkan, maka tidak akan terjadi penurunan pasien.

"Masih tinggi angka BOR RS. Jatim mungkin sudah agak-agak longgar. Tapi jika dilonggarkan ya saya sih masih khawatir seperti itu ya, naik lagi," tegasnya.

Iing Ichsan Hanafi juga mengungkapkan situasi terjadi di IGD rumah sakit. Mirisnya, pasien yang menunggu di IGD harus mengantre dalam daftar tunggu atau waiting list bersama 15 pasien lainnya. "Realnya masih kesulitan cari tempat tidur. Waiting list saja pasien di IGD dapat ICU harus antre 15 pasien," tuturnya.

Baca juga: Jokowi: Mulai 26 Juli PPKM Darurat Dibuka Secara Bertahap

Kondisi real di lapangan dialami oleh Ica, warga Bekasi. Dia kesulitan mendapatkan ICU tiga hari lalu untuk membawa ibunya dalam keadaan sudah kondisi berat. Alhasil ibunya hanya dirawat di IGD RS di Jakarta karena tak mendapat bed ICU dan IGD di Bekasi. Namun, karena tak dapat ruang ICU, ibundanya meninggal kemarin, Minggu (18/7).

"Ibu saya hanya dua malam di IGD. Karena gak dapat ICU, akhirnya meninggal. Sudah dimakamkan sekarang di Rorotan Cilincing," ungkapnya penuh kecewa.

Editor: Ilham Safutra

Tags

Terkini

X