JawaPos.com - Pemerintah pusat, daerah maupun Perhimpunan Rumah Sakit se-Indonesia (PERSI) tengah bersiap untuk menghadapi potensi kenaikan kasus Covid-19 pasca lebaran. Bahkan, dikatakan bahwa sejumlah rumah sakit di berbagai provinsi telah dilaporkan adanya kenaikan okupansi.
Sekjen PERSI Lia G Partakusuma mengungkapkan, kawasan yang mengalami peningkatan di antaranya adalah Aceh dan Sulawesi Barat, kasusnya mengalami kenaikan lebih dari 50 persen. Kemudian, kenaikan jumlah kasus Covid-19 hingga 25 sampai 50 persen terjadi juga di Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, dan Riau.
"Kemungkinan menyusul di pulau Jawa, termasuk Jakarta. Rumah sakit sudah banyak yang bersiap menghadapi potensi tersebut, mulai dari kesiapan tenaga medis hingga pengolahan limbahnya," ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat (21/5).
Terkait dengan limbah medis yang dihasilkan akibat peningkatan tersebut, Wakil Direktur RSUD Cibinong Tomi mengatakan bahwa pihaknya menanganinya dengan baik dan benar.
"Limbah medis yang timbul dari alat-alat yang digunakan dalam penanganan covid-19 juga kita tangani baik. Semua kita musnahkan, baik dengan peralatan insenerator yang di miliki rumah sakit atau dengan menggandeng perusahaan yang profesional dalam penanganan limbah B3 seperti PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri)," ujar dia.
Limbah medis yang di maksud adalah masker bekas pakai, selang oksigen, jarum suntik dan lain-lain tak akan digunakan kedua kali. "Semua dinusnahkan, tidak dibenarkan untuk digunakan kembali atau dijual sebagai barang bekas. Itu sangat berbahaya, barang-barang itu harus steril," tegasnya.
Bahkan, sisa abu pembakaran limbah medis dari insinerator milik rumah sakit pun dikirimkan pihak RSUD kepada PPLI. Dia meyakini penanganan limbah di PPLI begitu baik. "Karena RSUD sudah cukup lama bersinergi dengan PPLI terkait penanganan limbah B3 medis, mereka cukup profesional dan memiliki teknologi yang baik untuk mengolah limbah beracun dan berbahaya," imbuh dia.
Hal senada juga diungkapkan Rhisma Hilda Prawita, Sanitarian Rumah Sakit Azra, Bogor. Untuk penanganan limbah medis dipercayakan kepada PPLI sejak 2015 dan hasilnya pun memuaskan.
"PPLI merupakan perusahaan pengolahan limbah industri yang direkomendasikan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Kami yakin kemampuan mereka ngga diragukan lagi, termasuk menangani limbah Covid-19 ini," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Manager Humas PPLI, Arum Pusposari mengaku lonjakan penderita Covid memang tidak langsung dampaknya dirasakan PPLI. Namun karena pihaknya juga melayani limbah medis, pihaknya selalu siap mengolah limbah-limbah yang dikirimkan dari pihak rumah sakit, termasuk limbah sisa penggunaan alat atau obat-obatan dari Covid-19.
"Limbah medis berpotensi menimbulkan infeksius dan menjadi medium penyebaran wabah penyakit. Cara penanganannya pun tidak bisa sembarangan," tegas Arum.
Karenanya, tambah Arum, untuk menunjang pemusnahan limbah medis tersebut, pihaknya tengah mengembangkan teknologi insinerator yang cukup besar dengan kapasitas 50 ton perhari. Dengan teknologi tersebut, limbah medis baik padat maupun cair berapapun banyaknya dari tiap rumah sakit, puskesmas, klinik dan laboratorium uji medis bisa ditangani dengan baik. "Sejak 2020 PPLI mulai melakukan pembangunan insinerator limbah B3 dan akan beroperasi pada Juni 2021 mendatang. Insinerator ini akan jadi yang terbesar dan termodern di Indonesia," tandasnya. (*)