Cucu Sastro-Jendro ngambek. Tebak-tebakan bareng sebayanya sesama kelas 1 SD berakhir ia mutung. Ia menjawab, fungsi sepeda motor adalah untuk dinaiki papanya ke pasar saat disuruh mama beli minyak goreng. ”Salah…” tukas temannya.
—
Sepeda motor itu fungsinya buat konvoi atau kebut-kebutan…dibuka oleh presiden.”
”Heuheuheu… Sebetulnya kamu tidak salah, Cuk,” Sastro mengadem-adem cucunya. Pergi ke pasar, monyet Sarimin dalam tandak bedes bisa. Suami-suami juga bisa. Mereka ada yang naik sepeda motor atau motor kalau bahasa Jakartanya. Di situlah fungsi sepeda bermesin tersebut. Bisa juga buat ngangkut sayur, ngangkut susu sapi, ngangkut rambut kambing, dan sebagainya.
”Tapi, kok, aku disalahkan, Opa?”
”Temanmu tidak menyalahkan. Jangan keburu ngambek. Temanmu sebetulnya cuma mau bilang, motor selain bisa bermanfaat untuk mengantar Sarimin pergi ke pasar, juga bisa bermanfaat untuk leha-leha, keliling beregu ramai-ramai buang-buang bahan bakar… Namanya konvoi. Bisa juga bermanfaat untuk balapan.”