Tahanan Buaya Darat

Oleh SUJIWO TEJO
12 Juni 2022, 11:20:07 WIB

Berbahagialah para ortu sekarang. Di depan anak-anak, mereka tak usah bisik-bisik lagi untuk ngomong rahasia. Walau mendengar, generasi kini sudah tak peduli lagi dengan urusan ortu mereka.

SSSTTT, jangan keras-keras. Nanti anak-anak dengar,” bisik Jendro, istri Sastro, di ruang tamu. Ia meminta tuan rumah yang juga sahabatnya memelankan suaranya. Anak-anak tuan rumah sedang berkumpul di ruang tengah.

Lebih-lebih tak satu pun di antara anak-anak itu yang memasang earphone di telinganya. Padahal anak-anak muda sekarang biasanya tak bisa pisah dari teknologi pendengaran itu. Lari pagi sampai belajar ujian tengah semester dan lain-lain tak lepas dari earphone.

Bunyi tonggeret dan kodok kayak apa saja mereka belum tentu tahu. Sebab, bila terpaksa harus ikut ronda, mereka pun beronda dengan earphone pada telinganya.

Tuan rumah berkata keras-keras, ”Tahun 2024 akan ramai. Di tahun shio naga itu bukan saja orang-orang rebutan jadi presiden. Bahkan rebutan jadi king maker, pencetak presiden. Mereka adalah…”

”Sssttt…” Sastro memotong. ”Jangan keras-keras. Kamu memang sutradara film. Tapi kita bukan lagi syuting. Nanti anak-anakmu dengar, lho. Mereka akan tahu siapa saja yang berebut jadi king maker 2024. Teman anak-anakmu bukan anak-anak orang film saja. Mereka ada yang anaknya wartawan. Kalau bocor ke pers, yok opo?”

”Ah, mereka tak akan dengar, Sastro…”

Sastro berbahasa isyarat bahwa anak-anak sahabatnya yang sutradara film itu tak ada satu pun yang pakai earphone. Pasti mereka bisa mendengar obrolan di ruang tamu.

”Hadeuh, kalaupun dengar, anak-anak sekarang sudah tak peduli omongan antar-orang tua mereka,” tuan rumah terkekeh-kekeh. Kembali ia ngomong keras-keras tentang siapa saja yang akan berebut menjadi king maker nanti.

Siapa saja mereka? Mohon maaf, tak bisa ditulis di sini. Pembaca berbeda dengan anak-anak ruang tengah itu. Pembaca orang yang sangat peduli omongan orang tua. Pembaca orang yang sangat menjunjung tinggi budaya bangsa sendiri, lebih tinggi daripada penghargaan kalian pada budaya Korea.

Maukah pembaca disamakan dengan anak-anak zaman sekarang, yang bebas dibocori nama-nama king maker 2024 sebab toh tak akan hirau, toh akan EGP?

***

Lagi pula, pertemuan pasangan Sastro-Jendro itu semula tak ada sangkut pautnya dengan politik. Sahabat sutradaranya dituntut cerai oleh istrinya yang kini sudah berpulang ke rumah orang tuanya. Ia depresi. Sastro-Jendro ingin menemaninya dan tak saja taat protokol kesehatan raga.

Keduanya juga patuh protokol kesehatan jiwa. Orang stres maupun depresi sebaiknya ditemani saja. Tidak usah dinasihati apa-apa. Semakin dinasihati, semakin stres. Sastro-Jendro kebetulan sama-sama gemar sastra lama Serat Centhini. Salah satu tokoh di kitab klasik itu, Ki Amongraga, digeladi oleh para kiainya untuk melewati tahap latihan tersulit dalam hidup. Itulah tahap membiarkan alam dan kehidupan berlangsung seperti apa adanya, tanpa satu pun nasihat.

”Sastro, Jendro… Kalian tahu kan filmku Milenial Durhaka sudah rilis…box office pula?” sang sutradara mengawali pembicaraan, lama setelah vakum sehabis ia meneriak-neriakkan nama-nama king maker 2024… Mereka adalah…eh, jangan ding…kan pembaca bukanlah anak-anak ruang tengah itu. Heuheuheu…

”Filmku yang ini tentang cerita sukses seorang ibu…”

”Aku dan Sastro sudah menonton,” Jendro menimpal.

”Ya, I know, tapi aku cerita sedikit saja sebab pembaca belum tahu. Hmmm…film itu adalah cerita sukses seorang ibu. Ia berhasil mendidik anak-anaknya agar tak peduli omongan orang tuanya. Para orang tua jadi bebas ngomongin apa pun di depan mereka. Waktu launching film, di podium kuucapkan terima kasih kepada pemeran ibu itu…”

”Dera?”

”Betul, Sastro. Bila tak diperankan oleh Dera, penonton tak akan menangis lama di ending.”

”Dera memang bisa membuat karakter ibu jadi sangat menggetarkan. Salut,” Sastro-Jendro kompak.

”Nah. Setuju, Sastro-Jendro. Filmku menggetarkan. Tapi sepulang dari launching itu, malam-malam, di teras depan itu, istriku minta cerai… Dia peluk aku dari belakang, lirih berkata ’Tadi di sambutan semua kamu sebut dari kru sampai yang lain-lain…kamu ucapin makasih. Aku…? Bahkan mestinya aku yang kau beri kesempatan memerankan tokoh ibu…’ Waduh kujawab pelan-pelan, untuk jadi aktor itu harus ada syarat ini-itu…Latihan. Ketekunan… ’Okelah,’ sahut istriku,’… Jadi kamu hanya akan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang langsung kamu lihat terlibat. Apakah film ini akan ada, apakah Dera si tokoh ibu itu akan mampu membuat tangis penonton di 10 menit terakhir, kalau aku tidak di sampingmu…kalau kamu tidak mengalami hidup bersamaku…?”

Sastro-Jendro hampir saja tergoda akan memberi nasihat, tapi ditahan oleh Endasmu di ruang tamu. Endasmu adalah patung buaya darat yang terbuat dari kayu, seperti elemen shio naga 2024. (*)

SUJIWO TEJO

Tinggal di Twitter @sudjiwotedjo dan Instagram @president_jancukers

Editor : Ilham Safutra

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads