Di malam sebelum dieksekusi, Pablo Ibbieta mengenang hidupnya. Ia mengingat rasa manzanilla, juga saat-saat berenang di musim panas di daerah Cadiz. Kemudian, sekonyong ia sadar, semua itu omong kosong belaka.
—
APA gunanya punya hubungan romantis, memiliki kekasih cantik dengan mata penuh cinta, jika akhirnya peluru akan menghentikan keberadaanmu? Apa gunanya memperjuangkan sebuah negeri jika pada akhirnya akan mati juga, ditembak maupun mati dengan cara lain?
Saya jadi ingat kakek saya. Bertahun-tahun lampau, setiap kali musim panen tiba dan ia memperoleh rezeki, ia membeli batu. Membeli dan menabung batu bata. Jika ada pohon kelapa sudah tua, ia tak menjual kayunya. Ia membenamkannya ke kolam.
Baru ketika sudah besar saya mengerti. Rupanya selama lebih dari sepuluh tahun, kakek mempersiapkan rumah idamannya. Menyicil bahan-bahannya dengan penuh kesabaran. Kenapa ia tak cukup puas dengan rumah panggung yang ada saja dan memakai uang hasil panen untuk, katakan, membeli sepeda motor?
Sebetulnya tak perlu juga melihat apa yang dilakukan orang lain. Kita semua melakukannya. Kita mengulur atau menunda kesenangan sesaat demi kebahagiaan yang lebih besar.