Merebut Sejarah Seni untuk Perempuan

Oleh ALIA SWASTIKA
19 September 2021, 08:50:07 WIB

Dalam sejarah seni, terutama yang mengacu pada kriteria yang dianggap kanon, kita selalu dihadapkan pada kualitas-kualitas yang sifatnya monumental: entah berkaitan dengan narasi, berkaitan dengan medium dan teknik, atau sering kali juga ukuran.

SEPANJANG pergulatan diskursus sejarah seni, karya-karya yang dianggap sebagai karya penting, atau mahakarya, biasanya mengarah pada karya yang dihasilkan oleh seniman laki-laki pada periode waktu tertentu.

Upaya penulisan ulang sejarah seni telah dimulai dengan mempertanyakan bagaimana kriteria-kriteria mahakarya ini ditetapkan, bagaimana konteks dan konstruksi sosial yang membangun narasi karya dan sejarah dituliskan, atau bagaimana konsep gender membagi status sosial dalam periode waktu yang lalu. Dari sini, kita bisa menemukan bahwa kerja-kerja penciptaan dan pemikiran yang dilakukan oleh perempuan, dengan kompleksitas kriteria tentang ”seni”, membuat nama dan karya perempuan dihilangkan dari sejarah, atau dipinggirkan posisinya sebagai ”kerajinan tangan”.

Sejarah seni modern, dengan ketatnya metodologi dan epistemologi, telah membangun dua sekat yang terpisah antara seni dan kerajinan tangan (craft), dengan konstruksi akademik yang membuat seni seolah-olah berada dalam posisi yang lebih tinggi ketimbang kerajinan tangan tersebut. Kerajinan tangan lebih sering dikaitkan dengan desain, atau dengan artefak, ketimbang melihatnya sebagai hasil dari penciptaan dan kerangka pemikiran yang memiliki bingkai filosofisnya tersendiri. Proses pemisahan seni dan bukan seni ini pula yang kemudian turut berkontribusi pada penghapusan nama dan karya perempuan dalam sejarah seni, karena sering kali kerja dan hasil tangan perempuan dimasukkan dalam kategori kerajinan dan artefak.

Di luar pembahasan atas kompleksitas kolonialisme yang kemudian menjadi salah satu poros dalam problem ini, kita bisa menyelami kembali beberapa nama tokoh penting dalam perkembangan seni di Nusantara, dan bagaimana medium dan metode seni yang mereka dalami merupakan bagian dari kekayaan seni Indonesia yang seharusnya tidak dihilangkan dalam sejarah.

Editor : Ilham Safutra

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads