Saya yakin kenangan merupakan wilayah paling intim dari setiap manusia sekaligus ruang paling mudah disusupi.
Negara, dengan kekuasaannya, juga memilih peristiwa bersejarah apa yang harus diingat. Kapitalisme tak tinggal diam, dengan iklan, memaksakan produk mereka untuk menyempil di ingatan. Dengan teknologi, membantu kita mengingat sejarah makanan yang kita pesan di aplikasi.
Karena ingatan sangat rapuh, sementara di sisi lain, mereka membantu kita menjalani hidup sekarang dan menciptakan visi di masa depan, ingatan merupakan ruang yang diperebutkan.
Ingatan tak hanya diperebutkan merek mobil maupun nama restoran. Di kepala kita, mengikuti isu termutakhir, bisa jadi ia juga berebut, apakah ingin mengenang kelakuan polisi yang berengsek, atau polisi yang mengayomi? Sesekali, saatnya kita memilih sendiri kenangan mana yang patut diingat. (*)
*) EKA KURNIAWAN
Penulis dan novelis, nomine The Man Booker International Prize 2016