Kelabu di Kepala Anwar

Oleh RIZQI TURAMA
19 September 2021, 08:32:36 WIB

Udara terasa lebih pekat. Awan sama putih, langit sama biru, tapi udara lebih berat ketimbang tempat lain. Anwar membuka kancing teratas kemeja kerjanya. Panas. Seperti biasa. Meskipun penyejuk ruangan sudah berada di suhu terendah, uap panas terus menerjang seperti tak hendak dikalahkan. Sementara itu, mata Anwar menatap layar lekat-lekat. Masa depan orang banyak dipertaruhkan dalam laporan yang akan ia buat dan ia harus fokus, tapi ia masih bimbang.

BAYANGAN anaknya juga tak mau menjauh. Anak yang sekarang masih berusia lima tahun. Anak yang ketika tidur sering kali diperhatikan lamat-lamat olehnya. Anak dengan wajah pulas. Polos. Tenteram. Dan tentu saja tanpa diganggu oleh batuk sama sekali. Ia suka sekali melihat wajah pulas itu. Lama-lama. Lekat-lekat. Hingga ia juga tertidur. Berharap sama lelap. Sama pulas. Sama tenteram.

Masalahnya, begitu kalender berganti, gadis kecil itu sudah harus mengenakan seragam putih merah. Dan kau tahu, itu berarti biaya tambahan harus dikeluarkan dari penghasilan yang tak kunjung bertambah-tambah juga. Mungkin sebenarnya biaya yang dikeluarkan seharusnya tidak sebesar yang dikhawatirkan, tetapi selalu ada gengsi yang menyertai membuat segala sesuatu jadi lebih sulit untuk dilakoni.

Seperti ketika akan menikah dulu, ia sadar betul bahwa biaya menikah seharusnya murah. Tetapi, calon mertua berkata, ”Masak iya pegawai tambang menikah apa adanya? Menikah itu kan cuma sekali seumur hidup.”

Ia ingin menjawab bahwa biaya yang besar itu lebih baik digunakan untuk beli rumah dibandingkan habis untuk pesta sehari. Tetapi, berbicara seperti itu akan menyebabkan hubungan yang telah dibangun selama bertahun-tahun runtuh dalam semenit. Juga berarti cintanya yang menggelora pada gadis pujaan harus kandas di ujung lidah. Maka, ia hanya menganggukkan kepala dan menyerah pada tahana. Tanpa ia sadari, itu adalah awal mula perjalanan panjang menghadapi hal-hal serupa.

Editor : Ilham Safutra

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads