Pengalaman Kecil Membaca Usaha Eka Berbagi Pengalaman Membaca

SUNLIE THOMAS ALEXANDER
9 Agustus 2020, 17:23:37 WIB

Usaha Menulis Silsilah Bacaan sanggup menghadirkan kepada kita semacam perjumpaan yang lain, yang lebih khas dengan buku-buku, dengan teks sastra.

AKU bukanlah orang yang suka membaca resensi buku yang bertebaran di koran-koran Minggu, juga bukan orang yang suka menuliskan hasil pembacaanku atas sebuah buku dalam bentuk resensi model koran-koran itu. Hanya sesekali aku menulis resensi dan mengirimkannya ke media.

Ya, itu pun kebanyakan karena diminta oleh seorang kawan penulis atau penerbit, yang mana tidak semuanya mau dan bisa aku sanggupi. Termasuk saat masih mahasiswa dulu ketika kawan-kawan kuliahku justru berlomba-lomba menulis resensi dengan beragam alasan: dari kepingin tampak banyak membaca sampai alasan (demi) honorarium.

Aku tidak mengatakan bahwa semua resensi ala koran Indonesia itu buruk. Terkadang –ketika sesekali aku merasa tertarik untuk membaca (semata-mata) lantaran buku yang diresensi itu kebetulan sedang aku baca atau masuk ke dalam daftar yang ingin kubaca– aku masih bisa menemukan resensi-resensi yang cukup bernas, dengan sudut pandang yang lumayan menggugah.

Resensi buku (sastra) tentu saja jauh dari ’’kritik sastra’’, tetapi toh ia juga membutuhkan kejernihan dan kesegaran perspektif sebagai sebuah upaya pembacaan kritis, jujur, dan kreatif. Bukan sikap kritis yang dicari-cari dan dibuat ’’seolah-olah’’.

Sehingga di sini kemampuan mencerna sembari menjaga jarak dari bacaan pun sama pentingnya dengan penguasaan atas teori (yang tak over) dan materi teks. Hanya dengan demikianlah kita sebagai peresensi dapat melakukan semacam kajian-analisis yang pada giliran berikutnya sanggup mengungkapkan kelebihan dan kekurangan sebuah buku kepada khalayak pembaca buku, di luar kemampuan menulis yang enak dibaca dan kemampuan menyiasati keterbatasan halaman media.

Buku terbaru Eka Kurniawan, ’’Usaha Menulis Silsilah Bacaan’’ (Jogjakarta: Circa, 2020), ini aku kira memang sama sekali bukanlah resensi (apalagi model resensi di koran-koran itu), tetapi justru karena itulah ia tampak sanggup menghadirkan kepada kita semacam perjumpaan yang lain, yang lebih khas dengan buku-buku, dengan teks sastra.

Karena itu pikirku pula, judul buku yang dipilihnya tersebut, dengan penekanan pada kata ’’usaha’’, seyogianya memang merupakan sewujud kesadaran dari seorang yang memahami betul apa itu proses pembacaan.

Sehingga alhasil, tulisan-tulisan pendek dalam buku ini pun dalam pertemuannya dengan para pembaca (tentunya terutama diriku) bisa menjelma jadi sejenis jembatan.

Ia, buku ini, hanyalah sebentuk pengalaman membaca dan upaya membagikan pengalaman itu –meskipun tampaknya tidak pula senantiasa dengan cukup rendah hati. Eka sendiri lebih suka menyebut himpunan tulisannya ini sebagai ’’sejarah bacaan personal’’ atau lebih lanjut menjadi ’’sejarah kesusastraan personal’’. Yang katanya ’’dibentuk oleh pilihan bacaan secara sadar dan tak sadar’’ dan juga ’’secara langsung menggambarkan cara pandang saya terhadap sejarah kesusastraan (dan pada akhirnya terhadap Sejarah dengan ’’S’’ besar, sejarah yang lebih luas)’’. Dan aku sepakat dengan ini.

Tanpa keinginan sama sekali untuk memuji Eka, kurasa perjumpaanku dengan ’’Usaha Menulis Silsilah Bacaan’’ ini memang sebuah perjumpaan yang cukup mengasyikkan, yang tak cuma menyajikan kepada kita sekadar kenikmatan membaca yang lain, namun juga semacam pengalaman berbeda dalam hal menjenguk pengalaman membaca orang lain.

Karenanya pula, tidak seperti lazimnya resensi-resensi buku di koran, usaha berbagai pengalaman membaca personal yang dilakukan Eka ini dengan demikian justru mampu menyingkap teks secara lebih luas dan kompleks.

’’Usaha Menulis Silsilah Bacaan’’ adalah buku kumpulan tulisan Eka yang kedua mengenai pengalamannya membaca buku-buku sastra setelah ’’Senyap yang Lebih Nyaring’’ (Circa, 2019). Apakah akan ada buku ketiga? Mungkin saja.

Dan kuharap akan ada, mengingat usaha untuk membukukan pengalaman seperti ini adalah hal yang masih langka dalam jagat perbukuan di Indonesia. Setidaknya selain kedua buku Eka ini, aku hanya sanggup mengingat buku kumpulan resensi karya Bandung Mawardi alias Kabut, ’’Macaisme!’’, yang diterbitkan oleh Jagat Abjad Solo (2011) dan buku kumpulan resensi Anton Kurnia, ’’Menulis Jejak Ingatan’’ (Circa, 2019). (*)


SUNLIE THOMAS ALEXANDER, Menulis kritik sastra dan cerpen


JUDUL BUKU: Usaha Menulis Silsilah Bacaan
PENULIS: Eka Kurniawan
PENERBIT: Circa, Jogjakarta
TEBAL: xiv + 374 halaman
TERBIT: Cetakan pertama, Juli 2020
ISBN: 978-623-7624-17-2

Editor : Ilham Safutra

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads