Kasus infertilitas alias gangguan kesuburan di Indonesia masih tinggi. Kondisi itu dialami satu di antara delapan pasangan suami istri. Karena itulah, in vitro fertilization (IVF) atau fertilisasi in vitro alias bayi tabung diminati banyak orang.
—
DOKTER spesialis obstetri dan ginekologi Prof dr Budi Santoso SpOG (K) menyebut bayi tabung sebagai salah satu metode penatalaksanaan bagi pasien-pasien dengan gangguan kesuburan. Pasangan suami istri bisa dikatakan terindikasi infertilitas jika selama satu tahun menikah dalam siklus aktivitas seksual yang normal, sang istri belum hamil.
’’Jika itu terjadi, harus dilakukan eksplorasi untuk mencari tahu penyebabnya. Mengapa belum terjadi kehamilan,” katanya kepada Jawa Pos saat ditemui Kamis (25/11).
Ada sedikitnya tujuh tahap yang harus dilewati dalam proses bayi tabung. Salah satunya adalah pemeriksaan hormon. Termasuk pemeriksaan sel telur dan sperma. Dokter yang akrab disapa Prof Bus itu mengatakan bahwa pemeriksaan sperma tidak kalah penting daripada pemeriksaan sel telur. Agar program bayi tabung berhasil, kondisi sel telur dan sperma perlu dicek.
Pengecekan sperma dilakukan dengan melihat jumlah, gerakan, dan bentuk (morfologi) spermatozoanya. Pengecekan sperma relatif lebih mudah karena tidak dibutuhkan alat khusus untuk mengeluarkannya. Selanjutnya, sperma diteliti di laboratorium.