JawaPos.com – Jika terdeteksi tepat waktu atau lebih dini, perkembangan penyakit ginjal dapat diperlambat dan gejala dapat dikelola melalui obat-obatan. Sehingga tidak berujung ginjal lebih rusak hingga harus cuci darah (hemodialisa).
Terpenting adalah melakukan perubahan gaya hidup seperti mempertahankan berat badan yang optimal, berolahraga, bermeditasi, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, dan berhenti merokok.
Bagi penderita diabetes, penting memantau kadar glukosa darah secara teratur dan mengendalikannya dengan obat-obatan serta mengikuti pola makan yang direkomendasikan oleh ahli gizi. Begitu pula bagi penderita hipertensi wajib disiplin dalam mengatur gaya hidup dan minum obat.
“Penyakit ginjal kronik saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia dengan angka prevalensinya sekitar 10 persen pada orang dewasa,” kata Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam ASRI Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM, dalam konferensi pers, Kamis (12/1).
“Penyakit ginjal kronik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan dan diet rendah protein akan berakhir dengan gagal ginjal yang menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal,” paparnya.
Manfaat Transplantasi
Ia mengatakan transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal. Tidak seperti dialisis atau cuci darah yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah saja.
“Manfaat transplantasi dalam meningkatkan harapan hidup,” lanjut Endang.
“Bisa dilihat pada pasien dialisis yang disebabkan oleh diabetes melitus yang dinyatakan memiliki harapan hidup 8 tahun, namun jika dilakukan transplantasi ginjal, pada kelompok umur yang sama, harapan hidupnya meningkat menjadi 25 tahun,” kata Endang.
Menurutnya, transplantasi ginjal mengalami berbagai kemajuan yang pesat dalam bidang medis dan bedah. Saat ini di Indonesia sudah diterapkan metode pemeriksaan persiapan operasi dan obat imunosupresan terbaru sehingga mengurangi angka rejeksi.
Teknik operasi terbaru yang sama dengan di luar negeri pun sudah diterapkan, sehingga keberhasilan harapan hidup donor dan pasien tidak berbeda dengan hasil di luar negeri.
“Contohnya, jika dahulu teknik pengambilan ginjal donor dilakukan dengan cara nefrektomi terbuka, sekarang dilakukan dengan metode laparoskopi yang sangat bermanfaat bagi pendonor,” jelasnya.