Kader Posyandu Sumedang Pasok Data By Name By Address

8 Januari 2023, 18:36:04 WIB

Orkestrasi Manusia dan Teknologi ala Kabupaten Sumedang demi Tekan Stunting

Ibarat lomba lari, upaya menurunkan angka stunting adalah maraton. Rutenya panjang dan butuh konsistensi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mematok prevalensi stunting pada angka 14 persen tahun depan. Akan tercapaikah target itu?

DALAM pembahasan stunting tingkat nasional, Kabupaten Sumedang menarik perhatian. Penyebabnya, dalam tiga tahun terakhir, angka stunting di sana berangsur turun. Berdasar Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), prevalensi stunting dari 2020 sampai 2022 berturut-turut adalah 12,05 persen, 10,99 persen, dan 8,27 persen.

Senin (2/1) lalu Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir diundang ke Istana Negara. Dia diminta memaparkan cara kabupatennya sukses menekan angka stunting. ”Apa yang kami lakukan? Intinya, kami menggunakan teknologi sebagai tools, yaitu sistem pemerintahan berbasis elektronik,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Dony menunjukkan aplikasi Sistem Pencegahan Stunting (Simpati). Dia menyebutkan bahwa sistem itu terintegrasi dengan sejumlah stakeholder. Data Simpati bisa digunakan pula oleh mereka. ”Dalam platform ini, stakeholder bisa memahami cara-cara mengatasi stunting,” katanya.

Simpati digagas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang pada 2018. Data yang ditampung merupakan data riil dan bisa diakses siapa pun. Dalam pengumpulan data, Simpati mengandalkan kader-kader posyandu yang setiap bulan menimbang balita. Dengan demikian, jika ditemukan kasus stunting, Simpati akan sekaligus mencatat nama dan alamatnya.

”Ada data kecamatan atau desa mana yang tertinggi stunting-nya, siapa saja yang stunting. Dan kemudian ada analitiknya tiap desa. Stunting-nya karena apa,” papar Dony.

Simpati memudahkan Pemkab Sumedang mengintervensi kasus-kasus stunting. Berkat data-data yang detail, intervensinya pun bisa lebih spesifik. Tidak sama antara kasus satu dan yang lainnya. ”Inilah bagian dari mengolaborasikan, mengorkestrasikan, seluruh komponen yang ada untuk menangani stunting. Perubahan pasti tidak bisa lepas dari people, kemudian proses, lalu teknologinya,” lanjut dia.

Saat dihubungi Jawa Pos pada Jumat (6/1), Kepala Dinas Kesehatan Sumedang Dadang Sulaeman mengungkapkan, stunting tidak bisa ditangani inklusif oleh sektor kesehatan saja. Karena itu, Pemkab Sumedang memasukkan stunting pada rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) pemerintah daerah. Dengan demikian, para camat, lurah, serta kepala desa punya tiga indikator kerja yang salah satunya adalah penurunan stunting.

Dalam upaya menekan angka stunting, pemkab juga bekerja sama dengan provider telekomunikasi pelat merah. Buah kerja sama itu adalah pembagian handphone yang dilengkapi aplikasi Simpati kepada 1.704 posyandu. Para kader posyandu pun mendapatkan serangkaian pelatihan untuk menggunakan aplikasi tersebut. ”Ini sulitnya minta ampun,” kenang Dadang.

Dari para kader posyandu itu pula data riil terkumpul. Pada 2020 Dadang mendapati bahwa jumlah anak yang stunting di wilayahnya meningkat. Dari kisaran 8,77 persen pada 2019 menjadi 12,05 persen. Namun, selain angka yang meningkat itu, muncul pula data tentang problematika yang dihadapi masyarakat terkait stunting.

”Saya senang karena tahu masalahnya. Apalagi, data yang dimiliki by name by address,” ungkap Dadang. Yang menarik, data-data itu bisa diakses oleh banyak pihak yang memang bekerja sama dengan pemkab untuk menekan angka stunting. ”Bu kader tahu, bu RT tahu, sampai ke level pimpinan,” imbuhnya.

Lewat Simpati, para orang tua anak yang stunting pun tahu kondisi si kecil. Mereka juga bisa mengevaluasi penyebabnya untuk mencegah terulangnya kondisi tersebut pada anak berikutnya. Para orang tua juga kemudian tergerak untuk mengubah pola asuh mereka demi kebaikan tumbuh kembang si kecil.

Deteksi stunting sedari dini, menurut Dadang, membuat intervensinya jadi lebih mudah. ”Rata-rata lama sekolah warga kami rendah. Kemiskinan dan pengangguran tinggi. Tapi, digitalisasi ini ternyata bisa mengubah perilaku masyarakat meski hanya beberapa persen,” ungkapnya. Penanganan stunting akan bisa lebih maksimal pada anak-anak yang usianya di bawah 2 tahun.

Seiring berjalannya waktu, intervensi stunting di Sumedang menjadi lebih komprehensif. Jika semula intervensinya hanya yang terkait langsung dengan stunting, kini intervensinya menjadi lebih spesifik dan sensitif. Yang dimaksud dengan intervensi sensitif adalah yang berkaitan dengan lingkungan pendukung. Contohnya akses air bersih dan sanitasi. Semua pihak diajak peduli dan ikut mengatasi stunting.

Kisah sukses dari Sumedang itu membuat pemerintah pusat tergerak untuk mengkloningnya di wilayah-wilayah lain. Jokowi juga memerintah Dony untuk mengajari kepala daerah lain yang darurat stunting. Dengan demikian, target prevalensi stunting pada angka 14 persen tahun depan diharapkan akan tercapai. Imbauan itu disambut baik oleh Dony.

Sebagai pelopor perubahan yang menyinergikan people, proses, dan teknologi, Sumedang kini sudah melangkah lagi ke depan. Dony dan timnya sedang mengembangkan aplikasi tersebut untuk menangani masalah lain di areanya. ”Di saat wilayah lain ingin meniru Simpati, kami di sini sedang mengembangkan Simpati untuk penurunan angka kematian ibu,” ucapnya.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : lyn/c9/hep

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads