JawaPos.com - Jangan malas menggosok gigi dan jangan pergi ke dokter gigi hanya karena sakit gigi. Saat malas menggosok gigi, akibatnya gigi menjadi berlubang. Maka jika sudah begitu, ancaman gigi tanggal atau kehilangan gigi bisa dialami orang dewasa.
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2022, Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, bekerja sama dengan FDI World Dental Federation (FDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menginisiasi kampanye 'Jangan Tunggu Sampai Sakit Gigi, #KonsultasiGigiSekarang'.
Head of Professional Marketing Beauty and Personal Care Unilever Indonesia drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., mengatakan masyarakat jangan menunda ke dokter gigi karena dapat menyebabkan masalah yang lebih besar. Tidak hanya dari sisi biaya yang pasti akan membengkak, permasalahan juga akan terus terekskalasi hingga risiko terburuk, yaitu gigi tanggal.
"Tercatat rata-rata pada survei, usia 35-44 tahun masyarakat Indonesia sudah kehilangan 2 giginya," katanya secara virtual baru-baru ini.
Jika tidak ada perubahan kebiasaan merawat gigi dan mulut dengan benar serta rutin berkonsultasi ke dokter gigi, kata dia, keadaan ini bisa semakin memprihatinkan. Semakin bertambah usia, gigi tanggal semakin banyak.
"Faktanya, rata-rata di usia 65 tahun masyarakat Indonesia sudah kehilangan 11 giginya," ungkapnya.
Fakta menyebutkan bahwa 94,9 persen masyarakat perkotaan tidak pernah ke dokter gigi dalam setahun terakhir dalam Riset Kesehatan Dasar 2018. Persebaran dokter gigi yang belum merata serta faktor biaya juga menjadi hambatan bagi masyarakat untuk rutin berkonsultasi ke dokter gigi.
Akibatnya, dari 57 persen masyarakat yang mengalami permasalahan gigi dan mulut, hanya 10,2 persen yang berkunjung ke dokter gigi. Itu pun umumnya karena sudah merasa sangat kesakitan.
Terkait fakta tersebut, Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menekankan masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia terbilang masih sangat tinggi. Beberapa faktor penyebabnya antara lain kurangnya kesadaran, rasa enggan, dan kesulitan akses ke tenaga profesional.
"Terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, kita harus mengubah cara pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Edukasi dan sinergi dari berbagai pihak, termasuk kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut akan membuka harapan untuk mencapai target Indonesia Bebas Karies 2030," tutup Budi.