JawaPos.com - Budi Gunadi Sadikin (BGS) dinilai memiliki beban dan pekerjaan rumah yang berat saat ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) menggantikan Terawan Agus Putranto. Tugas utamanya tentu mengendalikan jumlah kasus pandemi Covid-19 di Tanah Air.
"PRnya besar sekali, berat dan akan juga tambah berat karena (beliau) bukan berbasis kesehatan ya harus diakui akan berat itu, realistis," jelas Epidemiolog Dicky Budiman kepada wartawan, Selasa (22/12).
Menurutnya, sistem kesehatan masih butuh banyak perbaikan. Butuh visi yang kuat dan program yang luas.
"Dan kalau beliau ini bisa menunjuk orang-orang yang tepat, tepercaya di lingkup terutama di jajaran kesehatannya ya mungkin akan membantu," ungkapnya.
Tapi kalau terkait pandemi, kata Dicky, Budi Gunadi Sadikin punya tantangan menunaikan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sesuai dengan hasil intra action review. Dia mengingatkan bahwa vaksin bukan segalanya dan bukan solusi tunggal.
"Saya tahu beliau berkaitan berkecimpung mungkin dalam proses vaksin ini. Tantangannya mendapatkan vaksin dengan efektivitas tinggi kalau bisa semua di atas 90 persen ya kalau bisa. Bisa juga nanti dikombinasi dengan yang memadai di atas antara 60 persen atau di bawah 90 persen," jelasnya.
Tantangan berat lainnya, kata dia, saat ini situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air menunjukkan kurva kasus yang tak kunjung turun, bahkan naik. Maka ini menjadi tugas Menkes selanjutnya dalam meratakan kurva.
"Menurunkan angka reproduksi serendah mungkin dan meningkatkan cakupan (vaksinasi). Nah dua hal ini saya kira akan perlu waktu, tidak bisa dalam satu bulan langsung seperti itu. Perlu setidaknya 2-3 bulan," ungkapnya.
Dia menambahkan, Budi Gunadi harus memiliki program pengendalian pandemi secara komprehensif, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Meski demikian, dia menyadai perombakan kabinet merupakan hak prerogatif Presiden.
https://www.youtube.com/watch?v=EjX64LQolKE