JawaPos.com–Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan menerbitkan surat edaran kepada seluruh kabupaten/kota untuk mempersiapkan obat antibiotik dalam mewaspadai Kejadian Luar Biasa (KLB) batuk rejan atau pertussis. Penyakit itu dicurigai diderita sejumlah masyarakat di beberapa kabupaten.
”Surat edaran ini dikeluarkan untuk jaga-jaga kalau ada kasus tersebar, sebab ini dicurigai sudah ada di beberapa kabupaten dan kota. Kami sedang menunggu hasil uji laboratorium. Jadi memang harus disiapkan dari sekarang sebagai langkah kewaspadaan,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulsel Ardadi seperti dilansir dari Antara.
Berdasar surat edaran yang diterbitkan sejak 9 Januari, Dinas Kesehatan Sulsel meminta setiap kabupaten/kota menyiapkan obat antibiotik yang digunakan sebagai obat tata laksana penderita dan obat profilaksis (erythromycin) bagi kontak erat penyakit difteri dan pertussis. Hal tersebut sebagai antisipasi awal dan kewaspadaan jika terjadi peningkatan penyakit itu.
Berdasar data terakhir Dinas Kesehatan Sulsel, terdapat empat kasus yang telah terkonfirmasi pertusis dari hasil laboratorium. Yakni Kabupaten Maros dua orang, Bulukumba dan Luwu masing-masing satu orang.
”Masih ada 30 orang yang tengah menunggu hasil laboratorium. Mereka tersebar di kabupaten Maros, Luwu Utara, Bulukumba, Luwu, dan Pangkep,” terang Ardadi.
Dinkes Sulsel mengklaim bahwa penyakit pertusis terjadi karena kurangnya cakupan imunisasi lengkap pada masa pandemi di pada 2020. ”Ini juga jadi pemicunya, karena memang banyak masyarakat kita yang enggan ke posyandu maupun imunisasi di sekolah selama masa pandemi,” ujar Ardadi.
Pertusis merupakan batuk rejan yang penularannya terbilang cepat karena melalui percikan saat batuk. Pertusis bisa dicegah melalui vaksinasi atau imunisasi.
Maka dari itu, Dinkes Sulsel juga meminta agar setiap daerah melalui Dinas Kesehatan masing-masing untuk menyiapkan amies sebagai media transpor bakteri yang digunakan untuk pengambilan spesimen penyakit pertusis. Upaya lain yang dilakukan Dinkes Sulsel dalam upaya penanganan penyakit ini adalah dengan meningkatkan cakupan imunisasi DPT dengan cara melakukan imunisasi kejar bagi sasaran yang belum mendapatkan atau belum lengkap imunisasinya.
”Kita juga mencegah penularan lebih banyak dengan memberikan profilaksis pada semua kontak erat kasus,” tutur Ardadi.
Ardadi menjelaskan, pada konsep promosi kesehatan harus dipastikan etika batuk, cuci tangan pakai sabun, pola hidup bersih sehat, dan penerapan protokol kesehatan secara benar. Serta isolasi penderita dan penelusuran kontak penderita.