JawaPos.com - Dunia bisa dikatakan memasuki periode suhu yang lebih hangat. Hal itu dapat dilihat dari suhu rata-rata yang meningkat antara empat dan lima derajat celcius. Dilansir Aljazeera pada Selasa (7/8), kondisi rumah kaca atau hot house earth ini terjadi bila suhu bumi meningkat empat hingga lima derajat celcius lebih tinggi, bahkan akan tetap terjadi jika target pengurangan emisi di bawah kesepakatan iklim global terpenuhi.
Studi yang baru diterbitkan dalam US Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS) pada Senin (7/8) menyebut, jika ambang batas kritis disilangkan, beberapa titik kritis akan menyebabkan perubahan mendadak. Laporan tersebut menunjukkan proses semacam itu meliputi pencairan permafrost, hilangnya hidrat metana dari dasar lautan, penyerap karbon daratan dan laut yang lebih lemah, hilangnya es laut musim panas Arktik, dan pengurangan es laut Antartika dan lapisan es di kutub.
"Elemen-elemen titik kritis ini dapat berpotensi seperti deretan domino. Bila salah satu didorong akan mendorong panas bumi ke arah yang lain," kata penulis laporan dan Direktur Eksekutif Stockholm Resilience Center Johan Rockstrom.
"Ini mungkin sangat sulit atau tidak mungkin untuk dihentikan. Bumi akan menjadi tidak bisa dihuni jika hot house ini menjadi kenyataan," ujar Rockstrom.
Berbagai ilmuwan bekerja dalam penelitian ini, yakni Pusat Ketahanan Stockholm, Universitas Kopenhagen, Universitas Nasional Australia, dan Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim. Mereka mengatakan, hot house earth kemungkinan berbahaya bagi banyak orang dan tidak dapat dikendalikan.
Sungai akan banjir, badai akan mendatangkan malapetaka kepada komunitas pesisir, dan terumbu karang akan hilang. Semua akan terjadi pada akhir abad atau bahkan lebih awal.
Suhu rata-rata global akan melebihi periode interglasial, yang berarti era hangat yang terjadi di antara Zaman Es, sejak 1,2 juta tahun lalu. Lapisan es di Kutub yang mencair akan menyebabkan permukaan laut yang jauh lebih tinggi, membanjiri pesisir yang menjadi rumah bagi ratusan juta orang.
Paris Agreement 2015 bertujuan untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat celcius, dibandingkan dengan tingkat praindustri. Namun menurut laporan itu, risiko tipping cascades bisa signifikan bagi kenaikan suhu 2 derajat celcius, dan bisa meningkat tajam di luar titik itu.
"Rangkaian kejadian ini dapat mengubah seluruh sistem Bumi menjadi mode operasi baru," kata Direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, Hans Joachim Schellnhuber.
Menghindari keadaan rumah kaca membutuhkan lebih dari sekadar mengurangi emisinya. Berbagai upaya dapat dilakukan antara lain dengan perbaikan pengelolaan hutan, pertanian, dan tanah, serta konservasi dan teknologi keanekaragaman hayati yang menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya di bawah tanah.