Pelajar Didoktrin, Ideologi Xi Jinping Masuk Kurikulum Pendidikan

1 September 2021, 13:19:50 WIB

JawaPos.com – Para pelajar Tiongkok telah kembali ke sekolah setelah pandemi Covid-19 memaksa mereka belajar dari rumah. Ada kurikulum yang baru saat ini, yakni buku-buku pelajaran baru dibumbui dengan kurikulum pemikiran Xi Jinping.

Partai Komunis Tiongkok memiliki tujuan memperluas kultus kepribadian Presiden Xi Jinping kepada anak-anak mulai usia tujuh tahun dan membesarkan generasi baru berjiwa patriot. Kementerian Pendidikan Tiongkok mengatakan akan memasukkan ideologi politik Xi yang didefinisikan secara samar ke dalam kurikulum nasional, dari sekolah dasar hingga program pascasarjana, pada awal tahun ajaran baru.

“Guru sekolah dasar harus menanam benih cinta partai, negara, dan sosialisme di hati anak muda,” menurut Kementerian Pendidikan Tiongkok.

Buku-buku sekolah dihiasi dengan kutipan presiden dan gambar wajah Xi yang tersenyum. Siswa sekolah dasar disajikan bab tentang pencapaian peradaban Tiongkok dan peran Partai Komunis dalam pengentasan kemiskinan dan memerangi pandemi Covid-19.

Pelajaran diselingi dengan kutipan dari Xi tentang patriotisme dan tugas, serta anekdot pertemuannya dengan rakyat. “Kakek Xi Jinping sangat sibuk dengan pekerjaan, tetapi tidak peduli seberapa sibuknya dia, dia masih bergabung dengan aktivitas kami dan peduli dengan pertumbuhan kami,” bunyi salah satu teks di buku.

Pemikiran Xi, mencakup 14 prinsip termasuk kepemimpinan mutlak Partai atas militer dan meningkatkan standar hidup melalui pembangunan. Prinsip-prinsip tersebut sekarang dikutip secara teratur oleh para pejabat dalam berbagai konteks mulai dari memerangi Covid-19 hingga sastra dan seni. Dan, universitas telah membuka institut yang didedikasikan untuk pemikiran Xi.

Penolakan Halus

Dorongan untuk mengindoktrinasi anak-anak dengan pemikiran politiknya dianggap merusak kaum muda. Beberapa orang tua secara pribadi menyatakan ketidaknyamanan tentang kurikulum tetapi menolak untuk diwawancarai oleh AFP. Mereka khawatir akan mendapat masalah karena berbicara dengan media asing. Tetapi kebijakan tersebut telah disambut dengan penolakan halus oleh netizen tanpa nama.

“Cuci otak dimulai sejak kecil,” tulis salah satu pengguna platform media sosial Weibo. “Bisakah kita menolak ini?” tanya yang lain.

Seorang profesor hubungan internasional di Georgia Tech, Wang Fei-Ling, mengatakan bahwa buku teks itu adalah contoh dari upaya Partai Komunis untuk bertaruh pada kultus kepribadian dalam pemimpin kuat seperti Mao Zedong. Menurutnya masyarakat bisa saja menilai hal itu membosankan.

“Namun, mengingat apa yang telah terjadi di masyarakat Tiongkok selama empat dekade terakhir, saya pikir banyak orang tua mungkin tidak terlalu menyukainya. Dan, banyak siswa mungkin menganggapnya membosankan, tetapi hanya sedikit yang akan atau bisa memprotesnya di depan umum,” tambah Wang.

Editor : Edy Pramana

Reporter : Marieska Harya Virdhani

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads