MENYUSURI jalur pantai selatan (pansela) Jawa Timur sisi barat ke tengah, berkali-kali ”kalau saja” kami gumamkan. Kalau saja ruas Pantai Molang–Bululawang yang melintasi perbatasan Tulungagung–Blitar sudah nyambung. Kalau saja ruas Jolosutro–Malang yang melewati tapal batas Blitar–Malang telah menyatu…
Seperti di Trenggalek dan Tulungagung, jalur pansela di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang masih bolong-bolong. Ada memang yang sudah rampung seperti jalur Wates, Kabupaten Blitar, hingga Sendang Biru, Kabupaten Malang. Namun, ada juga yang masih berupa trace dan baru memasuki tahap penyelesaian.
Otomatis yang berkeinginan mudik lewat jalur pansela Jatim di Lebaran kali ini masih harus mengombinasikannya dengan jalur arteri. Memutar di sana-sini. Padahal, sebagaimana ”saudara-saudaranya” di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jogjakarta, pansela Jatim sejatinya juga kaya panorama.
Di Kabupaten Blitar, misalnya, ada ruas yang melewati Pantai Sumber Rejo hingga Pantai Serang. Jalur itu berada di tengah-tengah pansela LoT 7 yang mengarah ke Kabupaten Malang.
Sejak 2020, jalur lintas selatan atau pansela LoT 6 dan 7 digadang-gadang dapat segera tersambung tiga tahun berselang. Tapi, persoalannya, topografi kawasan pansela satu dengan lainnya berbeda.
Karena belum tersambung, Jawa Pos memutuskan melanjutkan perjalanan menuju batas Kabupaten Malang melintasi permukiman penduduk. Lain hal jika pansela Pantai Tambak Rejo–Pantai Serang rampung, tentu dapat memangkas waktu melalui Wates.
Titik awal akses pansela Kabupaten Malang di Desa Sumberoto tampak baru rampung dibangun. Tanda-tandanya cukup jelas. Perbukitan tanah berwarna kuning terbelah dengan jalur aspal baru. Tapi, lagi-lagi aspalnya masih terputus.
Menurut Supiari, warga setempat, pansela dekat dengan Pantai Modangan itu memang baru rampung awal tahun ini. ”Dulu jalannya setapak. Akses mobil ada, tapi sempit. Sekarang jembar (lebar),” katanya pada Senin (18/4) sore pekan lalu.
Modangan yang berhadapan dengan Samudra Hindia adalah hidden gem (permata tersembunyi). Cocok untuk rehat setelah menempuh perjalanan jauh. Jadi, sayang jika dilewatkan. ”Tinggal dikit saja ini, wis nyambung. Dalan iki (jalan ini) juga cocok untuk akses wisata. Tapi, kalau untuk mudik yo tunggu dulu,” ungkapnya.
Setelah berkeliling sekitar titik awal pansela Pantai Modangan, Jawa Pos mulai melanjutkan perjalanan ke timur. Jalur pansela Kabupaten Malang cukup lebar. Layaknya jalur arteri yang menghubungkan dengan pilihan berbagai pantai pesisir selatan.
Petunjuk jalan juga cukup jelas. Cukup mengikuti jalan akan tersambung hingga Kecamatan Bantur, penghubung dua pantai terkenal, Balekambang dan Sendang Biru. Selama perjalanan, ada beberapa jembatan sebagai tetenger yang mudah diingat.
Jembatan pertama yang kami lewati Jembatan Umbul Kaji. Panjangnya 120 meter. Ada lagi Jembatan Kali Beji dengan panjang 25 meter. Lalu, Jembatan Kalipang sepanjang 60 meter. Terakhir, Jembatan Trubus dengan panjang 16 meter. Semuanya baru diresmikan tahun ini.
Setelah melintasi jalur simpang tiga Pantai Kondang Merak, vegetasi berubah dipenuhi pepohonan rindang khas tengah hutan. Pemandangan itu terus ada hingga simpang empat Pantai Balekambang.
Alangkah baiknya melintasi jalur tersebut saat pagi atau siang hari. Sebab, penerangan jalan masih minim. Hanya ada pada akses menuju pantai.
”Jalur pansela di Kabupaten Malang ini jalur favorit para penyuka gowes,” kata Mochamad Dianto, warga Kepanjen, Kabupaten Malang.
Jalur indah itu berakhir di Pantai Sendang Biru. Belum jelas apakah jalur tersebut akan terhubung dengan jalur lintas selatan Lumajang. Namun, yang pasti, Kota Malang ataupun Kabupaten Lumajang dapat diakses melalui Kecamatan Sitiarjo ke utara yang tersambung langsung dengan Kecamatan Turen. Atau, kembali melewati Desa Srigonco, Kecamatan Bantur.
Ya, masih harus memutar di sana-sini. Ah, kalau saja… (zam/c19/ttg)
